GANGGUAN PERKEMBANGAN PADA MASA BAYI
1.
Periode Infant (Bayi)
Periode
bayi dimulai dari masa kelahiran bayi (neonatal)
dimana pada periode ini bayi pertama kalinya dilahirkan ke dunia, pada masa ini
bayi belajar untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan diluar rahim.
Periode ini berlangsung selama kurang lebih 2 minggu disesuaikan dengan waktu
saat tali pusar lepas dari pusar bayi (Hurlock: 1980).
Kemudian
periode neonatal dilanjutkan dengan
periode bayi yang berlangsung 2 tahun setelah masa neonatal, masa bayi adalah masa dasar dimana pada masa bayi ini
pola perilaku, sikap, sosial-emosional bayi mulai terbentuk. Masa bayi banyak
ditandai dengan berbagai pertumbuhan pesat pada bayi, baik fisik maupun
psikologis; seperti anggota-anggota tubuh bayi mulai berubah dan memiliki
perbandingan bentuk dan ukuran ke arah yang lebih baik, bayi mulai belajar
mandiri dan individual, bayi juga mulai belajar untuk sosialisasi dan menerima
hal-hal diluar dirinya, bayi mulai menyadari perbedaan gender, serta bayi mulai belajar untuk mengembangkan
kreativitasnya.
Tetapi masa
bayi juga merupakan masa yang rentan, karena masa bayi merupakan dasar
permulaan perkembangan dari sepanjang rentang hidup individu, oleh sebab itu
pada masa ini peran orangtua dalam membimbing dan mendidik bayi baik secara
fisik bayi maupun kondisi psikologisnya sangat besar. Orangtua harus dapat
menjadi pendukung dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi, lewat
menjaga kestabilan nutrisi dan gizi bayi, menjaga kehangatan hubungan batin
antara bayi dan keluarganya, serta penyediaan sarana-sarana yang mendukung
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Apabila
pada masa bayi, bayi gagal dalam melaksanakan tugas-tugas dari tahap-tahap
perkembangannya, maka pada periode kelanjutannya pun individu akan mengalami
kesulitan dalam melakukan tugas-tugas perkembangan pada periode selanjutnya.
2.
Gangguan Perkembangan Pada Masa Bayi
Pada
dasarnya setiap fase-fase perkembangan kehidupan manusia memiliki potensi
adanya gangguan, tergantung dari tingkat keberhasilan atau kematangan individu
dalam melewati setiap fase-fase hidupnya. Pada masa bayi, gangguan pertumbuhan
dan perkembangan dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian:
a.
Gangguan Pertumbuhan Fisik
-
Hydrochepalus
Penyakit ini
ditandai dengan membesarnya kepala bayi disebabkan oleh cairan otak (cerebrospinal) yang bertambah banyak dan
memenuhi rongga kepala (ventrikel) dan menekan otak serta mengganggu sistem
syaraf pada bayi.
-
Atresia Esofagus, Atresia Bilier, Atresia Ani
Atresia Esofagus (kerongkongan tidak terbentuk sempurna), Atresia Bilier (tidak terbentuk saluran empedu), Atresia Ani (tidak terbentuk anus).
Ketiga hal ini sangat mengganggu sistem pencernaan bayi.
-
Clubfoot
Otot-otot, sendi-sendi pergelangan kaki dan tungkai kaki tidak
terbentuk dengan sempurna (terdapat kelainan tulang).
-
Fibrosis Kistik
Penyakit ini
terutama menyerang sistem pernafasan dan saluran pencernaan. Tubuh bayi tidak
mampu membawa klorida dari dalam sel ke permukaan organ sehingga terbentuk
lendir yang kental dan lengket.
-
Ambliopia (Gangguan ketajaman penglihatan)
Amblyopia
adalah gangguan otak yang menyebabkan penglihatan di salah satu mata tidak
berkembang dengan seharusnya. Ini adalah penyebab umum gangguan penglihatan
permanen pada anak-anak.
-
Buta Warna
Buta warna
pada bayi dapat diakibatkan oleh beberapa aspek, seperti genetis, maupun
somatis.
b.
Gangguan Perkembangan Motorik
-
Neuromaskular
Gangguan ini
mengakibatkan kurangnya kemampuan bayi dalam mengendalikan jaringan
otot-ototnya yang membantu dalam proses motorik.
-
Celebral Palsy
Merupakan
suatu gangguan perkembangan motorik (susunan sel-sel syaraf pusat) diakibatkan
kecacatan pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya.
-
Distrofi Otot
Merupakan
suatu gangguan ketidakmampuan serat-serat otot dalam mengendalikan rangka bayi
untuk melakukan gerak-gerak tubuh.
c.
Gangguan Emosi dan Perilaku (Psikologis)
-
Down Syndrome
Anak
dengan sindroma ini dapat dikenal dari penampilan luar dan kecerdasan terbatas,
akibat gangguan kromosom nomor 21. Perkembangan akan lebih lambat dari anak
normal.
-
Autism
Merupakan
gangguan perkembangan pervasive pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak
berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan yang
mempengaruhi anak secara mendalam.
-
Mental Retardation
Suatu
kondisi ketika keterbatasan intelekual mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
mengatasi segala tantangan dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat.
-
Hyperactives
Gangguan dimana seorang anak akan kesulitan
untuk memusatkan perhatian yang seringkali
disertai dengan hiperaktivitas.
GANGGUAN PADA ANAK-ANAK
Gangguan dapat saja terjadi pada anak-anak. Sangatlah banyak gangguan
yang terbagai dalam satu-satu kelompok. Ada beberapa gangguan yang biasanya terdapat pada masa
anak-anak, diantaranya adalah :
1. Behavioral Disorder
A. Attention –
Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD)
B. Conduct Disorder
C. Oppositional Defiant
Disorder
2. Emotional Disorder
A. Social Anxiety
B. Depressive Disorder
3. Developmental and Learning
Disorder
A. Mental Retardation
B. Autism and Childhood-Onset
Schizophrenia
C. Learning Disorder
4. Problems related to
Physical and Mental Health
A. Sleep Disorder
B. Eating Disorder
C. Family Conflict
1.
BEHAVIORAL DISORDER
Perilaku menyimpang dalam istilah psikologi sering disebut dengan Disruptive
Behavior, dan karena perilakunya negative dan tidak
normal maka termasuk dalam gangguan perilaku, disebut juga dengan Disruptive
Behavior Disorders. Disruptive
behavior ini merupakan pola-pola perilaku yang negatif yang ditampakkan anak dalam kelompoknya maupun untuk merespon segala sesuatu disekelilingnya. Respon
yang sering munculya itu kemarahan, ketidaksabaran, penolakan dan sebagainya. Ada 3 macam perilaku
yang termasuk dalam Disruptive Behavior Disorder yaitu
:
A. Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD)
ADHD adalah cacat dimana anak-anak menunjukkan
satu atau lebih dari karakteristik ini
selama periode waktu. Karaktersitik
tersebut adalah : (1) Kelalaian,
(2) Hiperaktivitas, dan (3) Impulsif. Anak-anak yang lalai mengalami kesulitan seperti fokus pada satu
hal saja yang mungkin saja mereka bosan dengan tugas setelah
hanya beberapa menit, atau bahkan detik. Anak-anak yang menunjukkan
tingkat hiperaktif tinggi mempunyai tingkat aktivitas fisik yang
tinggi. Anak-anak yang impulsif
mengalami kesulitan mengendalikan
reaksi mereka, mereka tidak melakukan
pekerjaan dengan berpikir lebih baik sebelum bertindak.
Tergantung pada karakteristik bahwa anak-anak dengan tampilan ADHD, mereka dapat didiagnosis sebagai (1) ADHD dengan didominasi kekurangan perhatian, (2) ADHD
dengan didominasi hiperaktif
/ impulsif, atau
(3) ADHD dengan kedua-duanya
yaitu kurangnya
perhatian dan hiperaktif /
impulsif.
Gejala utama pada anak yang mengalami ADHD adalah kurangnya atau tidak adanya konsentrasi pada diri anak, ketika anak bermain, belajar atau segala sesuatu yang dilakukan tidak bertahan lama. Perhatiannya mudah teralih, diikuti dengan perilakunya yang banyak, banyak gerak dan tidak bisa diam. Selain itu, anak biasanya juga terlihat sangat aktif dalam berbicara,
dan perilakunya sering mengganggu orang lain.
B. Conduct Disorder
Conduct disorder ini merupakan perilaku yang melatarbelakangi seorang anak memiliki perilaku kekerasan, kenakalan atau kriminalitas. Perilaku yang ditampilkan dalam conduct disorder merupakan perilaku yang tidak menghargai hak-hak orang lain, melanggar aturan, norma-norma yang berlaku atau pun hukum. Conduct disorder biasanya muncul sebelum masa pubertas, diperkirakan 9% terjadi
pada laki-laki dan 2% pada anak-anak perempuan. Conduct disorder ini meliputi juga perilaku bermusuhan atau menyakiti orang lain.
C. Oppositional Defiant Disorder
Oppositional defiant disorder
biasanya terjadi pada anak-anak usia 8-12 tahun, dan lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Pada anak-anak dengan gangguan tersebut memiliki pandangan maupun perilaku negative dan menyimpang, biasanya disertai dengan komplain-komplain terhadap orang tua, sikap permusuhan dan kemampuan berargumentasi tentang apa yang dilakukannya. Reaksi-reaksi
yang ditampilkan pada saat masa remaja adalah reaksi negative terhadap kemandirian. Kemungkinan besar anak-anak atau remaja dengan gangguan tersebut akan mengalami juga gangguan suasana perasaan(mood disorder)
ataupun gangguan kepribadian pasif-agresif.
2.
EMOTIONAL DISORDER
Emotional Disorder adalah gangguan emosional pada anak-anak yang dapat berupa gangguan kecemasan ataupun gangguan mood. Dibawah ini ada 2 macam gangguan emosional, yaitu :
A.
Social Anxiety
Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder) juga
disebut Fobia Sosial (Social Phobia), adalah gangguan kecemasan di mana
seseorang memiliki ketakutan yang berlebihan dan tidak masuk akal dari situasi
sosial. Kecemasan (ketakutan intens) dan kesadaran diri muncul dari rasa takut
akan diawasi ketat, dihakimi, dan dikritik oleh orang lain.
Seseorang
dengan kecemasan sosial gangguan takut bahwa ia akan melakukan kesalahan,
terlihat buruk, dan malu atau dipermalukan di depan orang lain. Ketakutan dapat
diperburuk oleh kurangnya keterampilan sosial atau pengalaman dalam situasi
sosial. Kecemasan dapat membangun menjadi serangan panik. Sebagai hasil dari
rasa takut, orang bertahan situasi sosial tertentu dalam kesulitan ekstrim atau
mungkin menghindari mereka sama sekali. Selain itu, orang dengan gangguan
kecemasan sosial sering menderita "antisipasi" kecemasan - ketakutan
akan situasi bahkan sebelum terjadi - selama berhari-hari atau bahkan
berminggu-minggu sebelum acara. Dalam banyak kasus, orang menyadari bahwa
ketakutan ini tidak masuk akal dan penderita tidak mampu untuk mengatasinya.
Orang
dengan gangguan kecemasan sosial menderita pemikiran menyimpang, termasuk
keyakinan yang salah tentang situasi sosial dan pendapat negatif orang lain.
Tanpa pengobatan dan perawatan, gangguan kecemasan sosial dapat mengganggu
kegiatan rutin sehari-hari orang tersebut, termasuk sekolah, pekerjaan,
aktivitas sosial lainnya.
Orang
dengan gangguan kecemasan sosial mungkin takut pada situasi tertentu, seperti
berbicara di depan umum. Namun, kebanyakan orang dengan gangguan kecemasan
sosial takut lebih dari satu situasi sosial. Situasi lain yang sering
memprovokasi kecemasan meliputi:
- Makan atau minum di depan orang lain.
- Menulis atau bekerja di depan orang lain.
- Menjadi pusat perhatian.
- Berinteraksi dengan orang, termasuk kencan atau pergi ke pesta.
- Mengajukan pertanyaan atau memberikan laporan dalam kelompok.
- Menggunakan toilet umum.
- Berbicara di depan umum.
Gangguan
kecemasan sosial mungkin berhubungan dengan penyakit mental lain, seperti
gangguan panik, gangguan obsesif kompulsif, dan depresi.
Apa Sajakah Gejala (Simptom) dari Social Anxiety Disorder?
Banyak
orang dengan gangguan kecemasan sosial merasa bahwa ada "sesuatu yang
salah," tetapi tidak mengakui perasaan mereka sebagai tanda keabnormalan.
Gejala gangguan kecemasan sosial antara lain.
-
Intens kecemasan dalam situasi sosial.
-
Menghindari situasi sosial.
-
Fisik gejala kecemasan, termasuk
kebingungan, jantung berdebar , berkeringat,
gemetar, tersipu, ketegangan otot, sakit perut, dan diare .
Anak-anak
dengan gangguan ini dapat mengekspresikan kecemasan mereka dengan menangis,
menempel orangtua, atau membuat ulah.
Apa Penyebab Gangguan Kecemasan Sosial?
Tidak
ada penyebab tunggal gangguan kecemasan sosial, tetapi penelitian menunjukkan
bahwa faktor biologis, psikologis, dan lingkungan mungkin memainkan peranan
dalam perkembangannya.
- Biologi: gangguan
kecemasan sosial mungkin berhubungan dengan ketidakseimbangan
neurotransmitter serotonin. Neurotransmitter adalah pembawa pesan kimia
khusus yang membantu informasi bergerak dari sel saraf ke sel saraf lain
di otak. Jika neurotransmitter tidak seimbang, pesan tidak bisa melalui
otak dengan benar. Hal ini dapat mengubah cara otak bereaksi terhadap
situasi stres, yang menyebabkan kecemasan. Selain itu, gangguan kecemasan
sosial tampaknya keluarga. Ini berarti bahwa gangguan tersebut dapat
diteruskan dalam keluarga melalui gen, materi yang berisi petunjuk untuk
fungsi setiap sel dalam tubuh.
- Psikologis: Perkembangan
gangguan kecemasan sosial dapat berasal dari pengalaman memalukan di
sebuah acara sosial di masa lalu.
- Lingkungan: Orang dengan
gangguan kecemasan sosial dapat mengembangkan ketakutan mereka dari
mengamati perilaku orang lain atau melihat apa yang terjadi pada orang
lain sebagai hasil dari perilaku mereka (seperti ditertawakan atau
diolok-olok). Selanjutnya, anak-anak yang memiliki orang tua
overprotective tidak dapat belajar mengenai keterampilan sosial yang baik
sebagai bagian dari perkembangan normal mereka.
Tinjauan Pengobatan dan Treatment
Mengembangkan keterampilan yang Anda butuhkan dalam
situasi sosial melalui berlatih dan bermain peran. Kecemasan Anda berkurang
saat Anda menjadi lebih nyaman dengan dan siap menghadapi situasi sosial ditakuti.
Kognitif
restrukturisasi. Terapi ini membantu Anda belajar untuk mengidentifikasi dan
memperbaiki pemikiran takut untuk membantu Anda lebih Pengobatan untuk gangguan
kecemasan sosial melibatkan konseling psikologis dan kadang-kadang obat-obatan
(seperti antidepresan) untuk mengurangi kecemasan dan depresi terkait.
Kombinasi obat-obatan dan konseling profesional mungkin
efektif untuk pengobatan jangka panjang bagi orang yang memiliki kecemasan umum
dan ketakutan atas situasi sosial. Untuk mereka yang takut hanya satu atau
beberapa situasi sosial (seperti berbicara di depan umum atau makan di depan
lain-lain) mungkin hanya memerlukan konseling profesional untuk
mengatasi/menghilangkan rasa takut.
Awal dan pengobatan lanjutan
Perawatan awal dari kecemasan sosial gangguan didasarkan pada
seberapa buruk gejala emosional dan fisik dan kemampuan diri seseorang untuk
berfungsi dalam kegiatan sehari-hari. Orang yang memiliki gangguan kecemasan
sosial sering memiliki depresi juga. Mereka juga mungkin memiliki masalah dalam
konsumsi alkohol atau obat-obatan
terlarang.
Gangguan kecemasan sosial sering kali tidak terdeteksi selama
bertahun-tahun sebelum pengobatan dicari. Pada saat itu, seseorang mungkin
telah mengembangkan perilaku yang mengakomodasi kekhawatiran. Kebiasaan atau
perilaku harus diatasi untuk berhasil menghilangkan gangguan kecemasan sosial.
Pengobatan dengan kombinasi obat dan konseling profesional
sering efektif untuk gangguan kecemasan umum sosial (takut interaksi yang
paling umum). Beberapa orang membutuhkan perawatan sepanjang hidup mereka,
sementara yang lain mungkin sembuh sepenuhnya setelah masa pengobatan dengan
konseling dan obat-obatan
Hal ini dimungkinkan untuk mengatasi ketakutan yang
berhubungan dengan gangguan kecemasan sosial. Bekerja dengan ketakutan dengan
jenis tertentu dari terapi-terapi kognitif-perilaku yang mencakup paparan
terapi-mungkin pendekatan yang terbaik untuk mengobati kecemasan Anda. Penting
untuk melanjutkan konseling profesional bahkan jika Anda mengambil obat untuk
mengurangi kecemasan.
Jenis konseling yang paling sering digunakan untuk mengobati
gangguan kecemasan sosial meliputi:
- Terapi kognitif-perilaku , yang membantu Anda mengidentifikasi
kecemasan dan situasi yang memprovokasi kecemasan. Pada awalnya Anda
mungkin merasa tidak nyaman sambil menanggapi situasi ditakuti, tetapi
merupakan bagian penting dari pemulihan Anda. Beberapa jenis terapi
kognitif-perilaku yang digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan
sosial, termasuk:
- Paparan terapi . Anda akan dipandu oleh seorang konselor
profesional untuk membayangkan Anda menghadapi situasi ditakuti sampai
Anda tidak lagi takut itu, seperti makan di depan umum. Selanjutnya, Anda
dapat pergi dengan konselor Anda ke tempat umum dan makan sampai,
akhirnya, Anda bisa makan sendiri di depan umum tanpa rasa takut.
- Pelatihan ketrampilan sosial. Terapi ini membantu Anda menangani
situasi sosial.
- Gejala manajemen keterampilan. Terapi ini mengajarkan Anda
bagaimana untuk mengurangi stres dengan mengendalikan pernapasan Anda dan
tanggapan fisik lainnya untuk kecemasan.
- Mendukung terapi. Hal ini dapat mencakup:
- Pendidikan tentang gangguan tersebut.
- Terapi keluarga , untuk mendukung yang dicintai dipengaruhi oleh
kondisi Anda.
- Kelompok terapi atau kelompok pendukung, mencari dukungan dari
orang lain juga didiagnosis dengan gangguan tersebut.
B.
Depressive Disorder
Yaitu gejala afeksi, fisiologi dan kognitif seperti
mood depresi, gangguan proses fisiologis (gang. tidur, kelambanan), kesulitan konsentrasi.
Depresi ini juga sering disertai dengan berbagai masalah psikologis dan klinis,
khususnya keinginan/perilaku bunuh diri. Cara untuk mendeteksi depresi ditandai
dengan berbagai gejala “internalized” seperti perasaan sedih dan bersalah. Untuk
mengenali depresi pada anak, penting untuk menjadi sadar akan tanda-tanda dan
gejalanya. Untuk mengenali depresi pada anak, penting untuk menjadi
sadar akan tanda-tanda dan
gejalanya. Karena anak-anak tidak seperti orang dewasa dalam
mengekspresikan emosi mereka, Tidak mungkin anak akan datang kepada orang lain
dan berkata "Saya depresi" seperti orang dewasa yang mungkin lakukan.
Bahkan, mereka mungkin tidak menyadari
bahwa ada sesuatu yang salah dalam diri mereka. Anak-anak hidup di dunia
yang dikendalikan oleh orang dewasa dan dapat dengan mudah merasa tidak berdaya
atas apa yang terjadi pada mereka. Hal ini merupakan tanggung jawab kita sebagai
orang dewasa untuk mengenali tanda-tanda depresi anak dan membantu mereka
mengatasinya.
Tanda-tanda
depresi pada anak-anak dibagi menjadi empat kategori yang berbeda, namun tidak
setiap anak yang depresi mengalami setiap gejala.
Gejal
Emosional pada Anak yang Depresi
Suasana
hati atau emosi yang khas yang dialami oleh anak-anak menderita depresi, yaitu:
- Kesedihan
Anak mungkin merasa sedih dan putus asa. Mereka mungkin
menangis dengan mudah.
- Kehilangan
kesenangan atau minat
Seorang anak yang selalu menikmati bermain olahraga,
misalnya, tiba-tiba dapat memutuskan untuk tidak mencoba untuk tim tahun ini.
Mereka mungkin mengeluh merasa "bosan" atau menolak tawaran untuk
berpartisipasi dalam suatu kegiatan, yang mereka selalu dinikmati di masa lalu.
- Kecemasan
Anak mungkin menjadi cemas, tegang, dan panik. Sumber kecemasan mereka dapat memberikan
petunjuk yang baik untuk mengenali apa
yang menyebabkan mereka menjadi depresi
- Kekacauan
Anak mungkin merasa khawatir dan mudah marah. Mereka mungkin
melamun atau menyerang dalam kemarahan akibat penderitaan yang mereka rasakan.
Gejala
Kognitif pada Anak yang Depresi
Suasana
hati yang depresif dapat membawa
dampak negatif yang merugikan diri dan pikiran anak. Gejala yang harus dikenali
adalah :
- Kesulitan
mengorganisir pikiran
Penderita depresi sering mengalami masalah dalam
berkonsentrasi atau mengingat. Pada anak-anak, hal ini dapat dibuktikan dengan
masalah pembelajaran di sekolah atau ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas.
- Pandangan
negatif
Orang dengan depresi mungkin menjadi pesimis, dan menganggap
diri mereka, kehidupan mereka, dan dunia mereka dalam pemikiran yang sangat
negatif.
- Tidak berharga
dan bersalah
Anak yang depresi mungkin merasa bersalah luar biasa dan
menganggap diri tidak berharga jika mereka melakukan kesalahan atau kegagalan.
- Ketidakberdayaan
dan keputusasaan
Anak yang depresi sering percaya bahwa tidak ada yang bisa
mereka lakukan untuk meringankan perasaan mereka yang depresif.
- Perasaan isolasi
Seorang anak yang depresi sering menjadi sangat sensitif
terhadap penghinaan dari teman-temannya.
- Pikiran bunuh
diri
Pikiran tentang kematian tidak terbatas pada orang dewasa.
Anak-anak juga mungkin ingin mati karena rasa keputusasaan yang mendalam.
Gejala
Fisik pada Anak yang Depresi
Depresi
bukan hanya penyakit tentang pikiran. Hal ini menyebabkan perubahan dalam diri
secara fisik juga.
- Perubahan nafsu
makan atau berat badan
Banyak orang dengan depresi menemukan bahwa nafsu makan
mereka turun drastic atau meningkat drastis. Anak-anak yang biasanya memiliki
nafsu makan yang baik tiba-tiba kehilangannafsu makan. Akan tetapi anak-anak
juga dapat merespon dengan cara yang berlawanan dengan makan terlalu banyak
untuk menghibur diri dan perasaan mereka.
- Gangguan tidur
Anak-anak yang depresi mungkin mengalami kesulitan tidur.
Mereka mungkin bangun terlalu awal atau kesiangan. Mereka mungkin sulit untuk
tetap terjaga di siang hari di sekolah.
- Kelesuan
Anak-anak yang depresi sering berbicara, bereaksi, dan
berjalan dengan lambat. Mereka mungkin menjadi kurang aktif.
- Agitasi
Anak-anak dengan depresi mungkin menunjukkan tanda-tanda
agitasi yaitu gelisah atau tidak bisa duduk diam.
Gejala
Perilaku pada Anak
yang Depresi
Gejala
ini akan menjadi yang paling nyata dan mudah untuk mendeteksianak yang depresi.
- Penghindaran dan
penarikan
Anak-anak dengan depresi mungkin menghindari kegiatan
sehari-hari dan menghindari tanggung jawab. Mereka mungkin menarik diri dari
teman dan keluarga atau lebih tepatnya dari hubungan sosial. Kamar tidur dapat
menjadi tempat favorit untuk melarikan diri dan menyendiri.
- Menuntut
Anak yang depresi dapat menjadi lebih tergantung pada
beberapa hubungan dan berperilaku dengan rasa ketidakamanan berlebihan.
- Overacting
Seorang anak depresi mungkin tampak di luar kendali dalam
hal kegiatan tertentu. Ia mungkin menghabiskan berjam-jam bermain video game
atau makan berlebihan.
- Gelisah
Kegelisahan yang disebabkan oleh depresi dapat menyebabkan
perilaku seperti gelisah, bertingkah ugal-ugalan di kelas, atau berperilaku
sembrono.
- Self-Harm
Penderita depresi dapat mengambil atau melakukan tindakan
yang beresiko bagi diri mereka. Melukai diri adalah salah satu contoh dari
perilaku tersebut.
Terapi
untuk Anak yang mengalami depresi
Psikoterapi
Karena
kekhawatiran tentang keamanan obat, orang tua sering memilih untuk mencoba
psikoterapi sebelum beralih ke pengobatan. Psikoterapi dapat membantu anak-anak
untuk membantu mereka memilah-milah perasaan mereka dan belajar keterampilan
yang mereka butuhkan untuk mengatasi tekanan hidup.
Ada
banyak pendekatan teoritis dalam psikoterapi, tapi mungkin yang paling efektif
dalam pengobatan depresi masa kecil adalah terapi kognitif-perilaku. Jenis
terapi berfokus pada peran sistem pemikiran dan keyakinan sebagai akar depresi.
Orang dengan depresi memiliki pola piker dengan karakteristik tertentu, yang
disebut distorsi kognitif, yang memberi mereka persepsi negative tentang dunia
di sekitar mereka. Selama terapi kognitif-perilaku, psikolog bekerja dengan
pasien untuk membantu mereka mengenali pikiran disfungsional mereka dan
mengubah pemikiran mereka menjadi pemikiran dengan perspektif yang lebih
realistis.
Jenis
lain dari terapi yang dapat membantu dengan depresi anak meliputi: terapi
interpersonal, yang berfokus pada hubungan interpersonal dan mengatasi konflik;
terapi keluarga, yang berfokus pada pentingnya hubungan keluarga dalam
kesehatan psikologis, dan terapi bermain, yang memanfaatkan anak-anak untuk
terlibat dalam permainan dan untuk membantu mereka mengatasi melalui konflik
batin mereka.
3. DEVELOPMENTAL AND LEARNING DISORDER
Learning disorder adalah gangguan pada masa anak-anak dimana anak-anak tersebut mendapat
kesulitan membaca, mengeja, berkonsentrasi, dan lain-lain. Ada 3 macam Developmental and Learning Disorder,
yaitu :
A. Mental Retardation
Mental
Retardation adalah gangguan umum yang
muncul sebelum dewasa, ditandai dengan gangguan
fungsi kognitif dan defisit dalam dua atau lebih perilaku adaptif. Klasifikasinya biasanya diatur oleh IQ. Anak-anak dengan IQ 55-70 dinamakan Mild
Mental Retardation, 40-54 Moderate Mental Retardation, 25- 39 Severe Mental Retardation,
dan di bawah 20 atau 25 Profound Mental Retardation. Kebanyakan Mental Retardation terjadi pada usia
dibawah 18 tahun. Mental Retardation juga kebanyakan terjadi pada pria daripada
wanita.
Beberapa penyebab Mental Retardation :
1.
Faktor Genetik
2.
Gangguan pada Saat Hamil
3.
Gangguan pada Saat Kelahiran
Beberapa Gangguan akibat Mental
Retardation, yaitu :
1.
Penurunan Kemampuan Belajar
2.
Ketidakmampuan untuk Memenuhi Kebutuhan Pendidikan di Sekolah
3.
Kurangnya Rasa Ingin Tahu
Mental Retardation dapat disembuhkan dengan cara
Treatment. Tujuan
utama dari pengobatan adalah untuk mengembangkan potensi orang tersebut secara
maksimal. Pendidikan dan pelatihan khusus dapat dimulai pada
awal masa bayi. Ini termasuk keterampilan sosial untuk membantu orang tersebut berkelakuan
senormal mungkin. Hal yang harus dilakukan adalah pendekatan perilaku. Pendekatan Perilaku adalah hal
yang paling penting untuk orang yang mengidap Mental Retardation.
B. Autism Spectrum Disorder
ASD juga disebut gangguan perkembangan yang meluas,
mereka berkisar dari gangguan autis parah yang tidak teratur terhadap gangguan ringan yang disebut Asperger syndrome.Anak-anak
yang mengalami gangguan ini dicirikan
oleh masalah dalam interaksi sosial,
komunikasi verbal dan nonverbal, dan perilaku repetitif.
Autism Disorder adalah gangguan spektrum autisme parah
yang terjadi dalam tiga tahun pertama kehidupan dan termasuk kekurangan dalam hubungan sosial,
kelainan dalam komunikasi, dan pola
terbatas, berulang, dan perilaku stereotipe.
Asperger sindrom
adalah kondisi autis yang spektrum
gangguannya relatif ringan di mana anak
umumnya memiliki kemampuan verbal yang relatif baik, lebih ringan
daripada masalah kemampuan bahasa nonverbal,
dan berbagai terbatas kepentingan
dan hubungan.
Kasus faktual autisme dimulai pada
tahun 1943, ketika psikiater Leo Kanner menjelaskan 11
anak, yang dalam beberapa tahun pertama, menarik
diri dari pergaulan, menghindari kontak mata, tidak memiliki kesadaran sosial.
Anak autis berperilaku dengan cara yang tidak biasa dan sering membingungkan. Mereka mungkin memekik kegirangan saat melihat roda berputar pada mobil mainan, namun mengabaikan seseorang jika seseorang mencoba untuk bermain dengan mereka. Ketika Anda berbicara dengan anak dengan autis, dia dapat bertindak seolah-olah dia adalah tuli.
Anak autis berperilaku dengan cara yang tidak biasa dan sering membingungkan. Mereka mungkin memekik kegirangan saat melihat roda berputar pada mobil mainan, namun mengabaikan seseorang jika seseorang mencoba untuk bermain dengan mereka. Ketika Anda berbicara dengan anak dengan autis, dia dapat bertindak seolah-olah dia adalah tuli.
Banyak Anak-anak dengan autisme menampilkan rasa
takut yang ekstrim atau menghindari objek yang
ribut atau bergerak. Mereka juga tertarik
dan sibuk dengan benda-benda dan kegiatan lainnya. Anak-anak
dengan autisme mengalami kesulitan besar
dalam berhubungan dengan orang lain,
termasuk meniru orang lain, berbagi fokus dengan
orang lain juga melihat dan memahami perasaan
orang lain.
Ada 2 faktor yang menyebabkan Autism :
1.
Pengaruh Genetik
2.
Kelainan pada Otak
C.
Learning Disorder (Mianty)
Gangguan belajar meliputi ketidakmampuan untuk memperoleh, menyimpan, atau
menggunakan keahlian khusus atau informasi secara luas, dihasilkan dari
kekurangan perhatian, ingatan, atau pertimbangan dan mempengaruhi performa
akademi.Gangguan belajar sangat berbeda dari keterlambatan mental dan terjadi
dengan normal atau bahkan dengan fungsi intelektual
tinggi. Gangguan belajar hanya mempengaruhi fungsi tertentu, sedangkan pada
anak dengan keterlambatan mental, kesulitan mempengaruhi fungsi kognitif secara
luas. Terdapat tiga jenis gangguan belajar : gangguan membaca, gangguan
menuliskan ekspresi, dan gangguan matematik. Dengan demikian, seorang anak
dengan gangguan belajar bisa mengalami kesulitan memahami dan mempelajari
matematika yang signifikan, tetapi tidak memiliki kesulitan untuk membaca,
menulis, dan melakukan dengan baik pada subjek yang lain. Diseleksia adalah gangguan
belajar yang paling dikenal. Gangguan belajar tidak termasuk masalah belajar
yang disebabkan terutama masalah penglihatan, pendengaran, koordinasi, atau
gangguan emosional.
Penyebab
Meskipun penyebab gangguan belajar tidak sepenuhnya
dimengerti. Mereka termasuk kelainan pada proses dasar yang berhubungan dalam
memahami atau menggunakan ucapan atau penulisan bahasa atau numerik dan
pertimbangan ruang. Diperkirakan 3 sampai 15% anak bersekolah di Amerika
Serikat memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk menggantikan gangguan
belajar. Anak laki-laki dengan gangguan belajar bisa melebihi anak gadis lima
banding satu, meskipun anak perempuan seringkali tidak dikenali atau
terdiagnosa mengalami gangguan belajar. Kebanyakan anak dengan masalah tingkah
laku tampak kurang baik di sekolah dan diperiksa dengan psikologis pendidikan
untuk gangguan belajar. Meskipun begitu, beberapa anak dengan jenis gangguan
belajar tertentu menyembunyikan gangguan mereka dengan baik, menghindari
diagnosa, dan oleh karena itu pengobatan, perlu waktu yang lama.
Gejala
Anak kecil kemungkinan lambat untuk mempelajari nama-nama
warna atau huruf, untuk menyebutkan kata-kata untuk objek yang dikenal, untuk
menghitung, dan untuk kemajuan pada awal keahlian belajar lain. Belajar untuk
membaca dan menulis kemungkinan tertunda. Gejala-gejala lain dapat berupa
perhatian dengan jangka waktu yang pendek dan kemampuan yang kacau, berhenti
bicara, dan ingatan dengan jangka waktu yang pendek. Anak tersebut bisa
mengalami kesulitan dengan aktifitas yang membutuhkan koordinasi motor yang
baik, seperti mencetak dan mengkopi. Anak dengan gangguan belajar bisa
mengalami kesulitan komunikasi. Beberapa anak mulanya menjadi frustasi dan
kemudian mengalami masalah tingkah laku, seperti menjadi mudah kacau,
hiperaktif, menarik diri, malu, atau agresif.
Diagnosa
Anak yang tidak membaca atau belajar pada tingkatan yang
diharapkan untuk kemampuan verbal atau kecerdasan harus dievaluasi. Pemeriksaan
pendengaran dan penglihatan harus dijalankan, karena masalah pikiran sehat ini
bisa juga berhubungan dengan keahlian membaca dan menulis. Dokter meneliti anak
tersebut untuk berbagai gangguan fisik. Anak tersebut melakukan rangkaian tes
kecerdasan, baik verbal maupun non verbal, dan tes akademik pada membaca,
menulis, dan keahlian aritmatik.
Pengobatan
Pengobatan yang paling berguna untuk gangguan belajar
adalah pendidikan yang secara hati-hati disesuaikan dengan individu anak. Cara
seperti membatasi makanan aditif, menggunakan vitamin dalam jumlah besar, dan
menganalisa sistem anak untuk trace mineral seringkali dicoba tetapi tidak
terbukti. Tidak ada obat-obatan yang cukup efektif pada pencapaian akademis,
intelegensi, dan kemampuan pembelajaran umum. Karena beberapa anak dengan
gangguan belajar juga mengalami ADHD, obat-obatan tertentu, seperti
methylphenidate, bisa meningkatkan perhatian dan konsentrasi, meningkatkan
kemampuan anak untuk belajar.
Jenis jenis Gangguan Belajar/Learning Disorders (LD):
1.Gangguan Membaca (Disleksia)
Apa
yang dimaksud dengan disleksia?
Disleksia
berasal dari bahasa Greek, yakni dari kata ”dys” yang berarti kesulitan, dan
kata ”lexis” yang berarti bahasa. Jadi disleksia secara harafiah berarti ”
kesulitan dalam berbahasa.” Anak disleksia tidak hanya mengalami kesulitan
dalam membaca, tapi juga dalam hal mengeja, menulis dan beberapa aspek bahasa
yang lain. Kesulitan membaca pada anak disleksia tidak sebanding dengan tingkat
intelegensi ataupun motivasi yang dimiliki untuk kemampuan membaca dengan
lancar dan akurat, karena anak disleksia biasanya mempunyai lebel intelegensi
yang normal bahkan sebagian di antaranya di atas normal. Disleksia merupakan
kelainan dengan dasar kelainan neurobiologis, yang ditandai dengan kesulitan
dalam mengenali kata dengan tepat / akurat, dalam pengejaan dan dalam kemampuan
mengkode simbol.
Ada juga ahli yang mendefinisikan disleksia sebagai suatu kondisi pemprosesan input/informasi yang berbeda (dari anak normal) yang seringkali ditandai dengan kesulitan dalam membaca, yang dapat mempengaruhi cara kognisi seperti daya ingat, kecepatan pemprosesan input, kemampuan pengaturan waktu, aspek koordinasi dan pengendalain gerak. Dapat terjadi kesulitan visual dan fonologis, dan biasanya terdapat perbedaan kemampuan di berbagai aspek perkembangan.
Ada juga ahli yang mendefinisikan disleksia sebagai suatu kondisi pemprosesan input/informasi yang berbeda (dari anak normal) yang seringkali ditandai dengan kesulitan dalam membaca, yang dapat mempengaruhi cara kognisi seperti daya ingat, kecepatan pemprosesan input, kemampuan pengaturan waktu, aspek koordinasi dan pengendalain gerak. Dapat terjadi kesulitan visual dan fonologis, dan biasanya terdapat perbedaan kemampuan di berbagai aspek perkembangan.
Menurut
Jovita Maria Ferliana (dalam pengantar Living with Dyslexia, 2007), penderita
disleksia sebenarnya mengalami kesulitan membedakan bunyi fonetik yang menyusun
sebuah kata. Mereka bisa menangkap kata-kata tersebut dengan indera
pendengarnya. Namun, ketika harus menuliskannya dengan huruf-huruf yang mana
saja. Dengan demikian, dia juga kesulitan menuliskan apa yang ia inginkan ke
dalam kalimat-kalimat panjang yang akurat.
2.
Disleksia dan otak kita.
Beberapa
teori mengemukakan penyebab disleksia. Selikowitz (1993) mengemukakan beberapa
penyebab utama disleksia. Selikowitz membagi pada dua keadaan penyebab secara
umum, yakni faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetis, yaitu dari
garis keturunan orangtuanya (tidak harus orangtua langsung, bisa dari
kakek-nenek atau buyutnya).
Penelitian terkini menunjukkan bahwa terdapat anatomi antara otak anak disleksia dengan anak normal, yakni di bagian temporal-parietal-oksipitalnya (otak bagian samping dan bagian belakang). Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging yang dilakukan untuk memeriksa otak saat dilakukan aktivitas membaca ternyata menunjukkan bahwa aktivitas otak individu disleksia jauh berbeda dengan individu biasa terutama dalam hal pemprosesan input huruf/kata yang dibaca lalu ”diterjemahkan” menjadi suatu makna.
Penelitian terkini menunjukkan bahwa terdapat anatomi antara otak anak disleksia dengan anak normal, yakni di bagian temporal-parietal-oksipitalnya (otak bagian samping dan bagian belakang). Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging yang dilakukan untuk memeriksa otak saat dilakukan aktivitas membaca ternyata menunjukkan bahwa aktivitas otak individu disleksia jauh berbeda dengan individu biasa terutama dalam hal pemprosesan input huruf/kata yang dibaca lalu ”diterjemahkan” menjadi suatu makna.
4. Diagnosis Disleksia pada Anak
Tidak
ada satu jenis tes pun yang khusus atau spesifik untuk menegakkan diagnosis
disleksia. Diagnosis disleksia ditegakkan secara klinis berdasarkan cerita dari
orang tua, observasi dan tes psikometrik yang dilakukan oleh dokter anak atau
psikolog. Selain dokter anak dan psikolog, profesional lain seyogyanya juga
terlibat dalam observasi dan penilaian anak disleksia yaitu dokter saraf anak
(mendeteksi dan menyingkirkan adanya gangguan neurologis), audiologis
(mendeteksi dan menyingkirkan adanya gangguan pendengaran), opthalmologis (mendeteksi
dan menyingkirkan adanya gangguan penglihatan), dan tentunya guru sekolah.
Anak disleksia di usia pra sekolah menunjukkan adanya keterlambatan berbahasa atau mengalami gangguan dalam mempelajari kata-kata yang bunyinya mirip atau salah dalam pelafalan kata-kata, dan mengalami kesulitan untuk mengenali huruf-huruf dalam alphabet, disertai dengan riwayat disleksia dalam keluarga. Keluhan utama pada anak disleksia di usia sekolah biasanya berhubungan dengan prestasi sekolah, dan biasanya orang tua ”tidak terima” jika guru melaporkan bahwa penyebab kemunduran prestasinya adalah kesulitan membaca. Kesulitan yang dikeluhkan meliputi kesulitan dalam berbicara dan kesulitan dalam membaca.
Anak disleksia di usia pra sekolah menunjukkan adanya keterlambatan berbahasa atau mengalami gangguan dalam mempelajari kata-kata yang bunyinya mirip atau salah dalam pelafalan kata-kata, dan mengalami kesulitan untuk mengenali huruf-huruf dalam alphabet, disertai dengan riwayat disleksia dalam keluarga. Keluhan utama pada anak disleksia di usia sekolah biasanya berhubungan dengan prestasi sekolah, dan biasanya orang tua ”tidak terima” jika guru melaporkan bahwa penyebab kemunduran prestasinya adalah kesulitan membaca. Kesulitan yang dikeluhkan meliputi kesulitan dalam berbicara dan kesulitan dalam membaca.
•
Kesulitan mengenali huruf atau mengejanya.
•
Kesulitan membuat pekerjaan tertulis secara terstruktur misalnya esai
•
Huruf tertukar-tukar, misal ’b’ tertukar ’d’, ’p’ tertukar ’q’, ’m’ tertukar
’w’, ’s’ tertukar ’z’
•
Membaca lambat dan terputus-putus serta tidak tepat.
•
Menghilangkan atau salah baca kata penghubung (“di”, “ke”, “pada”).
•
Mengabaikan kata awalan pada waktu membaca (“menulis” dibaca sebagai “tulis”).
Dll
4.
Penyembuhan Disleksia
Penelitian
retrospektif menunjukkan disleksia merupakan suatu keadaan yang menetap dan
kronis. “Ketidak mampuannya” di masa anak yang nampak seperti “menghilang” atau
“berkurang” di masa dewasa bukanlah kareana disleksia nya telah sembuh namun
karena individu tersebut berhasil menemukan solusi untuk mengatasi kesulitan
yang diakibatkan oleh disleksia nya tersebut. Mengingat demikian “kompleks”nya
keadaan disleksia ini, maka sangat disarankan bagi orang tua yang merasa
anaknya menunjukkan tanda-tanda seperti tersebut di atas, agar segera membawa
anaknya berkonsultsi kepada tenaga medis profesional yang kapabel di bidang
tersebut. Karena semakin dini kelainan ini dikenali, semakin “mudah” pula
intervensi yang dapat dilakukan, sehingga anak tidak terlanjur larut dalam
kondisi yang lebih parah.
Bantuan
yang dapat diberikan kepada penderita disleksia :
-
Adanya komunikasi dan pemahaman yang sama mengenai anak disleksia antara orang
tua dan guru
-
Anak duduk di barisan paling depan di kelas
-
Guru senantiasa mengawasi / mendampingi saat anak diberikan tugas, misalnya
guru meminta dibuka halaman 15, pastikan anak tidak tertukar dengan membuka
halaman lain, misalnya halaman 50
-
Guru dapat memberikan toleransi pada anak disleksia saat menyalin soal di papan
tulis sehingga mereka mempunyai waktu lebih banyak untuk menyiapkan latihan
(guru dapat memberikan soal dalam bentuk tertulis di kertas)
-
Anak disleksia yang sudah menunjukkkan usaha keras untuk berlatih dan belajar
harus diberikan penghargaan yang sesuai dan proses belajarnya perlu diseling
dengan waktu istirahat yang cukup.
-
Melatih anak menulis sambung sambil memperhatikan cara anak duduk dan memegang
pensilnya. Tulisan sambung memudahkan murid membedakan antara huruf yang hampir
sama misalnya ’b’ dengan ’d’. Murid harus diperlihatkan terlebih dahulu cara
menulis huruf sambung karena kemahiran tersebut tidak dapat diperoleh begitu saja.
Pembentukan huruf yang betul sangatlah penting dan murid harus dilatih menulis
huruf-huruf yang hampir sama berulang kali. Misalnya huruf-huruf dengan bentuk
bulat: ”g, c, o, d, a, s, q”, bentuk zig zag: ”k, v, x, z”, bentuk linear: ”j,
t, l, u, y”, bentuk hampir serupa: ”r, n, m, h”.
-
Guru dan orang tua perlu melakukan pendekatan yang berbeda ketika belajar
matematika dengan anak disleksia, kebanyakan mereka lebih senang menggunakan
sistem belajar yang praktikal. Selain itu kita perlu menyadari bahwa anak
disleksia mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan suatu soal
matematika, oleh karena itu tidak bijaksana untuk ”memaksakan” cara
penyelesaian yang klasik jika cara terebut sukar diterima oleh sang anak.
- Aspek emosi. Anak
disleksia dapat menjadi sangat sensitif, terutama jika mereka merasa bahwa
mereka berbeda dibanding teman-temannya dan mendapat perlakukan yang berbeda
dari gurunya. Lebih buruk lagi jika prestasi akademis mereka menjadi demikian
buruk akibat ”perbedaan” yang dimilikinya tersebut. Kondisi ini akan membawa
anak menjadi individu dengan ”self-esteem” yang rendah dan tidak percaya diri.
Dan jika hal ini tidak segera diatasi akan terus bertambah parah dan
menyulitkan proses terapi selanjutnya. Orang tua dan guru seyogyanya adalah orang-orang
terdekat yang dapat membangkitkan semangatnya, memberikan motivasi dan
mendukung setiap langkah usaha yang diperlihatkan anak disleksia. Jangan
sekali-sekali membandingkan anak disleksia dengan temannya, atau dengan
saudaranya yang tidak disleksia.
2. Gangguan
Matematik (Diskalkulia)
Diskalkulia
dikenal juga dengan istilah “math difficulty” karena menyangkut
gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini dapat
ditinjau secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting)
dan mengkalkulasi (calculating). Anak yang bersangkutan akan
menunjukkan kesulitan dalam memahami proses-proses matematis. Hal ini biasanya
ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang
melibatkan angka ataupun simbol matematis.
CIRI-CIRI
Inilah
beberapa cirri untuk anak yang memiliki gangguan disleksia:
1.
Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, malah seringkali
mempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis.
2.
Sulit melakukan hitungan matematis. Contoh sehari-harinya, ia sulit menghitung
transaksi (belanja), termasuk menghitung kembalian uang. Seringkali anak
tersebut jadi takut memegang uang, menghindari transaksi, atau apa pun kegiatan
yang harus melibatkan uang.
3.
Sulit melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlah, mengurangi,
membagi, mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.
4.
Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah. Si anak
biasanya bingung saat ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca
dan memahami peta atau petunjuk arah.
5.
Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu. Misalnya, ia
bingung dalam mengurut kejadian masa lalu atau masa mendatang.
6.
Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka-angka, seperti
proses substitusi, mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung serta deret
ukur.
7.
Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit memahami
notasi, urutan nada, dan sebagainya.
8.
Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti
aturan main yang berhubungan sistem skor.
FAKTOR
PENYEBAB
Ada
beberapa faktor yang melatarbelakangi gangguan ini, di antaranya:
1.
Kelemahan pada proses penglihatan atau visual
Anak
yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan mengalami diskalkulia. Ia
juga berpotensi mengalami gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.
2.
Bermasalah dalam hal mengurut informasi
Seorang
anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan mengorganisasikan informasi
secara detail, umumnya juga akan sulit mengingat sebuah fakta, konsep ataupun
formula untuk menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini yang menjadi
penyebabnya, maka anak cenderung mengalami hambatan pada aspek kemampuan
lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja, serta apa pun yang membutuhkan
kemampuan mengingat kembali hal-hal detail.
3.
Fobia matematika
Anak
yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika bisa kehilangan rasa
percaya dirinya. Jika hal ini tidak diatasi segera, ia akan mengalami kesulitan
dengan semua hal yang mengandung unsur hitungan.
CARA
PENANGGULANGAN
Diagnosa
diskalkulia harus dilakukan oleh spesialis yang berkompeten di bidangnya
berdasarkan serangkaian tes dan observasi yang valid dan terpercaya. Bentuk
terapi atau treatment yang akan diberikan pun harus berdasarkan
evaluasi terhadap kemampuan dan tingkat hambatan anak secara detail dan
menyeluruh.
Bagaimanapun,
kesulitan ini besar kemungkinan terkait dengan kesulitan dalam aspek-aspek
lainnya, seperti disleksia. Perbedaan derajat hambatan akan membedakan tingkat treatment
dan strategi yang diterapkan. Selain penanganan yang dilakukan ahli, orang tua
pun disarankan melakukan beberapa latihan yang dapat mengurangi gangguan
belajar, yaitu:
1.
Cobalah memvisualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti, dengan
menggunakan gambar ataupun cara lain untuk menjembatani langkah-langkah atau
urutan dari proses keseluruhannya.
2.
Bisa juga dengan menyuarakan konsep matematis yang sulit dimengerti dan minta
si anak mendengarkan secara cermat. Biasanya anak diskalkulia tidak mengalami
kesulitan dalam memahami konsep secara verbal.
3.
Tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis di atas kertas
agar anak mudah melihatnya dan tidak sekadar abstrak. Atau kalau perlu,
tuliskan urutan angka-angka itu untuk membantu anak memahami konsep setiap
angka sesuai dengan urutannya.
4.
Tuangkan konsep-konsep matematis dalam praktek serta aktivitas sederhana
sehari-hari. Misalnya, berapa sepatu yang harus dipakainya jika bepergian,
berapa potong pakaian seragam sekolahnya dalam seminggu, berapa jumlah kursi makan
yang diperlukan jika disesuaikan dengan anggota keluarga yang ada, dan
sebagainya.
5.
Sering-seringlah mendorong anak melatih ingatan secara kreatif, entah
dengan cara menyanyikan angka-angka, atau cara lain yang mempermudah
menampilkan ingatannya tentang angka.
6.
Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan atau bahkan usaha yang dilakukan oleh
anak.
7.
Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan kehidupan
nyata sehari-hari, sehingga anak mudah memahaminya.
8.
Harus ada kerja sama terpadu antara guru dan orang tua untuk menentukan
strategi belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta
melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak.
Misalnya, guru memberi saran tertentu pada orang tua dalam menentukan tugas di
rumah, buku-buku bacaan, serta latihan yang disarankan.
3.
Gangguan Menulis (Disgrafia)
Kelainan
neurologis ini menghambat kemampuan menulis yang meliputi hambatan secara
fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap ataupun tulisan
tangannya buruk. Anak dengan gangguan disgrafia sebetulnya mengalami kesulitan
dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak ototnya secara otomatis
saat menulis huruf dan angka.
Kesulitan
dalam menulis biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian gangguan belajar,
terutama pada anak yang berada di tingkat SD. Kesulitan dalam menulis
seringkali juga disalahpersepsikan sebagai kebodohan oleh orang tua dan guru.
Akibatnya, anak yang bersangkutan frustrasi karena pada dasarnya ia ingin
sekali mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuan yang sudah
didapat ke dalam bentuk tulisan. Hanya saja ia memiliki hambatan.
Sebagai
langkah awal dalam menghadapinya, orang tua harus paham bahwa disgrafia bukan
disebabkan tingkat intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan
tidak mau belajar. Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua
dan guru terhadap si anak, ataupun keterlambatan proses visual motoriknya.
CIRI-CIRI
Ada
beberapa ciri khusus anak dengan gangguan ini. Di antaranya adalah:
1.
Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
2.
Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
3.
Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
4.
Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide,
pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.
5.
Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis
seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.
6.
Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu
memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis.
7.
Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat
dan proporsional.
8.
Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh
tulisan yang sudah ada.
MEMBANTU
ANAK DISGRAFIA
Ada
beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dengan gangguan
ini. Di antaranya:
1.
Pahami keadaan anak
Sebaiknya
pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan yang
dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu
dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik
orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan,
berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja. Atau bisa juga orang tua meminta
kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan gangguan
ini secara lisan, bukan tulisan.
2.
Menyajikan tulisan cetak
Berikan
kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide
dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin tik. Ajari dia untuk
menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan
komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahui
kesalahannya.
3.
Membangun rasa percaya diri anak
Berikan
pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali
menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri
dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar
terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
4.
Latih anak untuk terus menulis
Libatkan
anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya
untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang
diminatinya, seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu
pos, menulis pesan untuk orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan
kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak
tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan konkret.
BERBAGAI JENIS GANGGUAN FISIK DAN PSIKIATRIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TIMBULNYA GANGGUAN
BELAJAR PADA ANAK
I. GANGGUAN FISIK
Gangguan dalam sistim saraf pusat/otak anak atau organ pendengaran atau
organ penglihatan, misalnya oleh karena adanya infeksi baik langsung maupun
tidak langsung pada otak, trauma pada otak, penyakit bawaan, gangguan konduksi
listrik ( epilepsi ), gangguan metabolic sistemik, dll. Semua ini dapat yang
menyebabkan timbulnya disfungsi otak minimal, yang mungkin bermanifestasi dalam
berbagai bentuk gangguan psikiatrik, di antaranya ialah kesulitan belajar.
II. GANGGUAN PSIKIATRIK
v
Retardasi Mental
Kondisi
ini ditandai oleh tingkat kecerdasan anak yang berada di bawah rata-rata. Anak
akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari sebagaimana
anak seusianya, seperti mengurus dirinya sendiri, melakukan pekerjaan rumah
atau berinteraksi dengan lingkungannya. o Gangguan Pemusatan Perhatian &
Hiperaktivitas. Ciri utama dari gangguan ini adalah kesulitan anak untuk
memusatkan perhatian-nya yang timbul pada lebih dari satu situasi, misalnya di
rumah, di sekolah dan di dalam kendaraan, dll, dapat disertai atau tidak
disertai dengan hiperaktivitas. Gangguan ini disebabkan oleh adanya kelainan
fungsi inhibisi perilaku dan kontrol diri. Anak tidak mampu untuk
berkonsentrasi pada satu pekerjaan tertentu, dan merencanakan tujuan dari
pekerjaan tersebut. Ia tidak mampu menyusun langkah-langkah dalam usaha untuk
mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian ia akan mengalami kesulitan dalam
menyimak pelajaran yang diberikan gurunya, dan akhirnya ia tidak mengerti apa
yang diterangkan oleh gurunya itu. Gangguan Tingkah Laku Pada anak yang
mengalami gangguan ini seringkali dikatakan sebagai anak nakal, sulit diatur,
suka melawan, sering membolos dan berperilaku antisosial, dll. Anak dengan
Gangguan Tingkah Laku ini seringkali mempunyai prestasi akademik di bawah taraf
yang diperkirakan. Kesulitan belajar yang terjadi dikarenakan anak sering
membolos, malas, motivasi belajar yang kurang, kurang disiplin, dll.
v
Gangguan Depresi
Seorang
anak yang mengalami Gangguan Depresi akan menunjukkan gejala- gejala seperti :
·
Perasaan sedih yang berkepanjangan
·
Suka menyendiri
·
Sering melamun di dalam kelas/di rumah
·
Kurang nafsu makan atau makan berlebihan
·
Sulit tidur atau tidur berlebihan
·
Merasa lelah, lesu atau kurang bertenaga
·
Merasa rendah diri
·
Sulit konsentrasi dan sulit mengambil keputusan
·
Merasa putus asa
·
Gairah belajar berkurang
·
Tidak ada inisiatif, hipo/hiperaktivitas Anak dengan gejala-gejala depresi akan
memperlihatkan kreativitas, inisiatif dan motivasi belajar yang menurun, dengan
demikian akan menimbulkan kesulitan belajar sehingga membuat prestasi belajar
anak menurun hari demi hari.
DAMPAK GANGGUAN
BELAJAR
Kesulitan belajar yang terjadi pada seorang anak tidak hanya berdampak
bagi pertumbuhan dan perkembangan anak saja, tetapi juga berdampak dalam
kehidupan keluarga dan juga dapat mempengaruhi interaksi anak dengan
lingkungannya. Sistim keluarga dapat mengalami disharmoni oleh karena saling
menyalahkan di antara ke dua orang tua. Orang tua merasa frustrasi, marah,
kecewa, putus asa, merasa bersalah atau menolak, dengan kondisi ini justru
membuat anak dengan kesulitan belajar merasa lebih terpojok lagi. Anak dengan
kesulitan belajar seringkali menuding dirinya sebagai anak yang bodoh, lambat,
berbeda dan keterbelakang. Mereka menjadi tegang, malu, rendah diri dan
berperilaku nakal, agresif, impulsif atau bahkan menyendiri/menarik diri untuk
menutupi kekurangan pada dirinya. Seringkali mereka tampak sulit berinteraksi
dengan teman-teman sebayanya, dan lebih mudah bagi mereka untuk bergaul dan
bermain dengan anak-anak yang mempunyai usia lebih muda dari mereka. Hal ini
menandakan terganggunya sistim harga diri anak. Kondisi ini merupakan sinyal
bahwa anak membutuhkan pertolongan segera.
4. Problems related to Physical and Mental Health
A. Sleep Disorder
Tidur adalah aktivitas
utama otak selama awal tahun perkembangan. Pada usia 2 tahun rata-rata anak
telah menghabiskan hampir 10.000 jam (hampir 14 bulan) untuk tidur, dan sekitar
7500 jam (sekitar 10 bulan) dalam melakukan kegiatan. Selama 2 tahun itu, otak
telah mencapai 90% dari ukuran dewasa, dan anak telah mencapai kompleksitas
luar biasa dalam keterampilan kognitif, bahasa, konsep diri, pengembangan
sosioemosional, dan keterampilan fisik. Namun, selama kemajuan kematangan
tersebut dalam proses, anak tersebut kebanyakan tidur.
Secara bertahap, pada usia
5 atau lebih, keseimbangan
antara tidur dan terbangun lebih
seimbang. Namun, pada saat mereka
mulai sekolah, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu tidur daripada interaksi
sosial, eksplorasi lingkungan, makan,
atau kegiatan bangun lainnya yang dilakukan perorangan. Ternyata,
tidur berfungsi sebagai peranan penting dalam perkembangan otak.
Peran ini menjelaskan mengapa gangguan tidur dapat mempengaruhi kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan secara keseluruhan dan mengapa gangguan tidur adalah sebuah hal yang penting untuk psikologi anak abnormal.
Gangguan tidur dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1.
Dyssomnias
Dyssomnias adalah gangguan memulai atau mempertahankan
tidur, ditandai dengan sangat sulit untuk tidur, tidak bisa tidur ketika anda ingin, tidak merasa segar setelah kembali dari tidur, dan sebagainya.
KELAINAN
TIDUR
|
Penjelasan
|
prevalensi dan usia
|
pengobatan
|
Protodyssomnia
|
kesulitan untuk mulai
atau mempertahankan tidur, atau tidur yang tidak restoratif; pada bayi, terjadi dimana bayi kerap bangun
berulang kali dan tidakmampu untuk
tertidur.
|
2,5%-50%
dari umur 3 tahun
|
perilaku
pengobatan, bimbingan keluarga
|
Hypersomnia
|
keluhan kantuk yang
berlebihan yang ditampilkan baik
sebagai tidur yang
berkepanjangan atau tidur
siang hari yang berlanjut.
|
Umunya
diantara anak-anak muda
|
perilaku
pengobatan, bimbingan keluarga
|
Narcolepsy
|
serangan tak tertahankan
berupa tidur yang terjadi sehari-hari, disertai dengan episode singkat dari hilangnya
otot (cataplexy)
|
<1%
dari anak-anak dan remaja
|
struktur, dukungan, physchostimulants,
antidepresan
|
breathing-related
sleep disorder
|
gangguan tidur yang menyebabkan kantuk yang berlebihan
atau insomnia yang disebabkan oleh
kesulitan bernapas saat tidur.
|
1%-2%
dari usia anak-anak prasekolah,dan sekolah dasar.
|
Menghilangkan
tonsil dan adenoid
|
Circadian
rhythm sleep disorder
|
Gangguan tidur secara berulang yang menyebabkan kantuk yang berlebihan
atau insomnia karena ketidaksesuaian antara jadwal tidur-bangun yang dibutuhkan oleh lingkungan seseorang dan siklus tidur nya internal
(ritme sirkadian); tidur
terlambat (setelah tengah malam), kesulitan bangun di pagi hari , tidur di akhir pekan, ketahanan terhadap perubahan
|
Tidak
diketahui;kemungkinan besar 7% nya dari anak remaja.
|
perilaku pengobatan,kronotherapi
|
2.
Parasomnias
Parasomnia adalah gangguan yang agak umum
selama awal hingga pertengahan masa
anak-anak. Contohnya Nightmares, Sleep Terrors, Sleepwalking.
KELAINAN
TIDUR
|
Penjelasan
|
Prevalensi
dan usia
|
pengobatan
|
REM PARASOMNIA
|
|
|
|
Nightmare
disorder
|
terbangun diulang secara
rinci mengingat mimpi yang panjang dan
sangat menakutkan, biasanya melibatkan ancaman terhadap kelangsungan hidup, keamanan atau harga diri; umumnya terjadi pada paruh kedua dari periode tidur.
|
Umunya
antara umur 3 sampai 8 tahun.
|
Kurangi
stress dan perbanyak rasa nyaman.
|
AROUSAL
PARASOMNIAS
|
|
|
|
Sleep
terror disorder
|
berulang bangun mendadak
dari tidur, biasanya yang terjadi
selama satu sampai tiga kali periode tidur utama
dan diawali dengan jeritan
panik;jantung berdetak cepat,
berkeringat, tekanan disuarakan,
mata berkaca-kaca, sulit untuk bangun, dihibur, bingung; tidak memiliki ingatan saat terbangun di
pagi hari.
|
3% dari
anak-anak;18 bulan sampai 6 tahun.
|
Kurangi
stress dan rasa lelah,perbanyak tidur di sore hari
|
Sleepwalking
disorder
|
berulang bangun mendadak
dari tidur dan selama tidur berjalan untuk 5 detik sampai 30
menit,biasanya terjadi pada satu pertiga periode tidur panjang; tidak memiliki ingatan saat terbangun.
|
1 dari
15% anak-anak;1-6% mendapat 1 dari 4 kemungkinan serangan,umur 4-12
tahun,jarang terjadi pada remaja.
|
mengambil tindakan pencegahan keselamatan, mengurangi stres dan kelelahan, tambahkan tidur siang sore
|
D.
Eating Disorder
Feeding disorder adalah kondisi dimana
bayi atau anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau memiliki kesulitan
makan. Feeding disorder dari bayi atau masa
kanak-kanak awal ditandai dengan pengurangan berat badan yang tiba-tiba pada
bayi atau anak-anak (di bawah 6 tahun) dan perlambatan atau gangguan emosi dan
perkembangan sosial. Gangguan
ini dapat mengarah pada retardasi fisik dan mental bahkan kematian
Prevalensi dan perkembangan
Bila tidak diidentifikasi lebih dini, gangguan
ini akan menyulitkan karena memiliki efek jangka panjang pada pertumbuhan dan
perkembangan anak. Gangguan ini biasanya terjadi pada anak yang berumur 2 tahun
dan dapat berakibat pada malnutrisi dengan konsekuensi perkembangan yang cukup
serius, mengarah pada kegagalan untuk tumbuh pesat. Faktor-faktor
yang dapat menyebabkan masalah gangguan ini menjadi lebih serius adalah derajat
dan kronisitas dari malnutrisi, derajat dan kronisitas dari penundaan
perkembangan, keparahan dan durasi dari masalah hubungan bayi-perawat (Drotar,
1991)
Penyebab perlakuan
Etiologi dari feeding disorder telah
dipelajari dari perspektif biologis dan psikososial, dan kesimpulan terbaik
saat ini adalah bahwa banyak faktor resiko berinteraksi mempengaruhi bagaimana
anak beradaptasi dengan level tertentu dari penerimaan kalori, dan mempengaruhi
apakah anak tersebut menampilkan perkembangan tingkah laku normal atau
abnormal. Gangguan ini sejak lama berkaitan dengan keluarga yang tidak
beruntung, kemiskinan, pengangguran, isolasi social, dan orang tua yang sakit
mental.
Eating disorder pada ibu diidentifikasi sebagai faktor beresiko yang spesifik untuk
terjadinya eating disorders atau feeding disorders pada bayi. Kegagalan
anak untuk tumbuh pesat pada ulang tahun pertama mereka diasosiasikan dengan
ibu yang memiliki sejarah anorexia nervosa dan sikap serta kebiasaan makan ibu
yang terganggu. Karena hubungan ibu-anak selama tahapan awal dari pembentukan attachement
sangat kritis, eating disorders yang ditunjukkan oleh bayi dan anak-anak
bisa saja merupakan simptom dari masalah fundamental pada hubungan ini
(Lyons-Ruth et al., 1996).
Pengobatan
Feeding
disorder dapat ditangani oleh orang tua dengan cara mengontrol makan si anak
dan berkonsultasi ke nutritionist atau mengunjungi gastroenterologist.
-
Pica
Pica adalah pengunyahan substansi
yang tidak boleh dimakan, seperti rambut, serangga, atau potongan cat (di
tembok) dan secara langsung mempengaruhi anak kecil mereka yang menderita
retardasi mental. Anak-anak penderita pica tetap tertarik untuk memakan makanan
biasa (normal), namun mereka tetap mengkonsumsi benda yang tidak boleh dimakan.
Gangguan ini berawal selama masa
bayi dan berakhir dalam beberapa bulan, pada saat ia memutuskan untuk tidak melakukannya
lagi atau dengan bantuan yaitu dengan menambahkan stimulasi pada bayi dan
meningkatkan kondisi lingkungan. Pada individu dengan retardasi mental, pica
dapat berlangsung sampai masa remaja sebelum akhirnya berkurang secara gradual.
Seorang bayi atau anak-anak yang
memakan substansi yang tidak boleh dimakan dan tidak bernutrisi dalam perode 1
bulan atau lebih lama dapat memiliki masalah serius (Linscheid & Murphy,
1999).
Prevalensi dan perkembangan
Pica lebih umum terjadi pada
anak-anak dan orang dewasa yang berada di suatu institusi, terutama orang
dengan kerusakan parah dan retardasi mental. Di antara anak-anak dan orang
dewasa dengan ketidakmampuan intelektual, kelaziman pica memiliki range dari
0,3 %-14,4% dalam komunitas, dan 9%-25% dalam institusi (Ali, 2001). Derajat
keparahan berkaitan dengan derajat deprivasi lingkungan dan retardasi mental
pada penderitaan individu yang didapat dari bentuk pica yang lebih ekstrim.
Penyebab dan perlakuan
Menurut sejarah, pada abad 18 dan
19, para gadis seringkali memakan limau, batu bara, cuka, dan kapur, karena substansi
ini dipercaya dapat menghasilkan warna kulit pucat yang sedang trend waktu itu.
(Parry-Jones & Parry-Jones, 1994). Jadi, pica dilakukan untuk mengikuti
trend pada masa itu.
Para peneliti bahwa terjadi
kekurangan vitamin atau mineral diantara penderita pica, meskipun belum bisa
dijelaskan hubungan sebab-akibatnya. Apakah pica disebabkan karena kekurangan
vitamin ataukah pica menyebabkan kekurangan vitamin dan mineral. Selain itu,
faktor genetik juga memainkan peranan pada etiologi dari gangguan ini. Pica
pada masa kanak-kanak membentuk factor resiko untuk perkembangan bulimia di
masa remaja.
Pengobatan
Kebanyakan intervensi klinis untuk
anak penderita pica menekankan prosedur operant conditioning, dimana perawat
ditunjukkan bagaimana me-reinforce anak untuk tingkah laku yang diharapkan
seperti mengeksplor kamar atau bermain dengan objek. Bentuk positif dari
perhatian, termasuk tersenyum, tertawa, dan mengelitik, menyediakan stimulasi
tambahan dan menguntungkan, karena gangguan ini sering berkaitan dengan
interaksi yang tidak cukup baik dengan perawat (L. burke & smith, 1999).
Perawat juga diajarkan untuk menjaga lingkungan anak tetap rapi dan memindahkan
atau menyimpan substansi berbahaya dengan aman.
-
Failure to Thrive (FTT)
Failure to Thrive (FTT) adalah gangguan pertumbuhan yang berkaitan dengan gangguan pemberian
makanan awal, yang dapat memiliki konsekuensi parah pada perkembangan fisik dan
psikologis anak. FTT ditandai dengan berat badan di bawah percentile 5 pada
usia tertentu dan/atau penurunan paling tidak 2 standard deviasi pada rata-rata
kenaikan berat badan dari lahir hingga sekarang, menggunakan grafik standar
pertumbuhan untuk perbandingan (Budd et al., 1992; lyons-ruth et al., 1996).
Penyebab
Kontroversi utama memfokuskan pada signifikansi
deprivasi emosional (kekurangan kasih sayang) dan malnutrisi (kekurangan
makanan). Penyelidik menyatakan bahwa bayi dengan FTT kekurangan stimulasi dan
kasih sayang dari ibunya, yang menghasilkan kesengsaraan emosi, penundaan
perkembangan, dan perubahan fisik.
Pada suatu studi, ibu dengan anak
yang didiagnosa FTT ditemukan lebih tidak merasa aman daripada ibu yang anaknya
normal. Mereka lebih pasif dan bingung, juga marah secara intens ketika
berdiskusi tentang hubungan kedekatan di masa lalu dan sekarang atau
menghilangkan kedekatan, menganggap hal itu tidak penting dan tidak berpengaruh
(Benoit, Zeanah, & barton, 1989).
Berbagai penemuan yang meneliti
tentang FTT ini memperkuat dugaan bahwa gangguan makan dan pertumbuhan selama
masa bayi awal berkaitan erat dengan kualitas yang kurang baik dari kedekatan
perawat-anak, yang kemungkinan merefleksikan perlakuan yang tidak sensitive
yang diterima dari perawat ketika ia kecil. Kemiskinan, ketidakteraturan
keluarga, dan dukungan social yang terbatas juga berkontribusi terhadap
kemungkinan adanya malnutrisi dan kegagalan pertumbuhan, seperti yang terjadi
pada bayi yang sulit diberi makan dan diasuh karena temperamen dan penyakit
fisik akut (Budd et al., 1992; Drotar, 1991).
FTT pada usia dini dapat mempengaruhi
pertumbuhan fisik pada anak-anak, tapi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
ini mempengaruhi fungsi kognitif di masa yang akan datang (Boddy, Skuse, &
Andrews, 2000; Drewett, Corbett, & Wright, 1999; Mackner Black, &
Starr, 2003).
-
Obesitas
Obesitas pada anak dipertimbangkan
sebagai kondisi medis kronis yang mirip dengan hipertensi atau diabetes.
Obesitas ditandai oleh lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas biasanya
didefinisikan dalam istilah body mass index (BMI), secara esensial
merupakan perbandingan berat badan dan tinggi badan, yaitu di atas persentil
95, berdasarkan norma untuk usia dan jenis kelamin anak.
Anak dan remaja yang mengalami
obesitas memiliki kemungkinan lima kali lebih besar daripada anak sehat untuk
mengalami kualitas hidup yang buruk, serupa dengan anak yang menderita kanker
(Schwimmer, Burwinkle, & Varni, 2003). Banyak anak dan orang dewasa yang
mengalami obesitas menderita akan konsekuensi dari sikap budaya barat yang
menyamakan daya tarik dan kompetensi dengan kelangsingan.
Pada tingkat pertama, anak-anak
lebih tidak menyukai berteman dengan teman yang mengalami kelebihan berat badan
(Goldfield & Chrisler, 1995) dan sikap ini semakin instensif selama remaja
(Striegel-Moore et al., 2000). Hal ini akan memengaruhi perkembangan psikologis
si anak.
Prevalensi dan perkembangan
Walaupun obesitas selama masa bayi
dan setelah masa anak-anak tidak secara kuat berkaitan, munculnya obesitas masa
kanak-kanak memiliki kemungkinan untuk bertahan hingga remaja dan dewasa. Individu
yang mengalami obesitas harus memperhatikan kesehatan khususnya masalah
cardiovascular dan peningkatan kolesterol serta triglycerides yang menjadikan obesitas
sebagai faktor mayor yang mengakibatkan kematian orang dewasa di Amerika Utara
(Katzmarzyk & Ardern, 2004).
Obesitas pada masa pra remaja
merupakan faktor resiko pada kemunculan gangguan makan, khususnya untuk
perempuan, secara utama merujuk pada perlakuan dimana anak-anak cenderung
menolak atau mengejek teman sepermainan mereka yang mengalami obesitas.
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN EMOSI PADA ANAK-ANAK
Menurut
Hurlock, bentuk-bentuk dari hambatan perkembangan anak itu terbagi dalam 3 kategori besar, yaitu :
1. Behavior Problem (Problem
Perilaku)
Hambatan ini tidak terlihat sebagai suatu problem, tidak merugikan orang lain, namun dapat merugikan perkembangan diri si anak, dan masih dalam taraf ringan.Contoh dari hal ini adalah ngemut jempol atau eating problem.
2. Behavior Disorder
Perilaku
yang menyimpang bila dibandingkan anak seusianya, ini sudah agak berat karena sudah tergolong merugikan diri sendiri dan orang lain. Selain itu,
sudah butuh bantuan penanganan orang lain yang lebih ahli, seperti dokter, psikolog, dan lain-lain. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan pusat saraf (contohnya conduct disorder),
atau bisa juga disebabkan oleh gangguan psikis (contohnya trauma atau stress yang mengakibatkan anak mengalami
school refusal).
3. Behavior Maladjusting
Perilaku
yang keliru yang dilakukan anak-anak untuk mengatasi tuntutan dari lingkungan maupun dari dalam dirinya sendiri,
juga merupakan kompensasi yang negatif, namun sifat perilaku tersebut biasanya hanya sementara dan dalam penyelesaiannya butuh bantuan seorang ahli.
Hal ini dapat disebabkan oleh tuntutan yang terlalu tinggi kepada anak tersebut juga bisa dikarenakan factor dalam diri anak itu sendiri,
seperti ia merupakan individu yang belum mempunyai cara
yang baik dalam penyelesaian masalah. Contohnya keadaan seorang anak yang tergolong troublemaker di kelasnya, hal tersebut dapat diakibatkan dari tuntutan orang tuanya yang ingin anaknya menjadi peringkat pertama di kelasnya. Anak tersebut malah memenuhi tuntutan orang tua dengan menjadi penguasa di kelasnya, karena dalam pikirannya jika ia menjadi penguasa di kelasnya, maka ia bisa menjadi juara pertama di kelas tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar