PEMBAHASAN
Keterikatan(attachment)
adalah ikatan emosional abadi dan resiprokal antara bayi dan pengasuhnya,yang
sama-sama memberikan kontribusi terhadap kualitas hubungan
bayi-pengasuh.Hubungan antara orang tua dan anak memengaruhi perkembangan
emosional dan sosial anak tersebut.Anak yang memiliki keterikatan yang aman
menjadikan orang tuanya sebagai pelindung dan kognitif tentang diri mereka
berkembang ke arah positif.Keterikatan pertama terbentuk sejak tahun pertama
kehidupan seorang anak,keterikatan penting untuk perkembangan kesehatan
sepanjang rentan kehidupan,pada dasarnya orang tua berperan sebagai dasar dari
keterikatan yang aman(secure attachment base) tetapi karena keterikatan terus
berlanjut orang tua melanjutkan fungsi sebagai figure keterikatan primer untuk
anak sampai anak memasuki tahap pre adolescene.
Melalui
pengamatan oleh Ainsworth dan Bowlby pada saat bayi dan ibu berinteraksi,si
bayi membangun “model kerja” berkenaan dengan apa yang dapat diharapkannya dari
si Ibu.Model kerja keterikatan bayi berkaitan dengan konsep kepercayaan dasar
Erikson.
Berdasarkan
teori keterikatan yang menyatakan bahwa keterikatan yang aman akan memberikan
bantuan besar bagi anak dalam menghadapi tantangan sosial dari lingkungannya
dan mengembangkan perkembangan yang lebih kepada arah positif.Sebagai
contoh:Misalnya melalui interaksi keterikatan yang aman anak mempelajari
interaksi sosial secara kompeten dan mampu mengontrol emosi mereka.
Anak
yang memiliki keterikatan yang aman umumnya mampu beradaptasi dengan lingkungan
sosialnya.Mereka umumnya lebih tanggap,sensitif,dan mampu beradaptasi karena
keterikatan yang aman merefleksikan rasa percaya,sedangkan anak dengan
keterikatan yang tidak aman
merefleksikan ketidakpercayaan sehingga mereka pada umumnya menderita
kecemasan(Anxiety).
Bowlby(1973)
menyarankan bahwa anak-anak bisa mengalami kecemasan(anxiety) ketika mereka
ragu akan ketersediaan figur keterikatan(figur lekat).Berdasarkan dua
pengamatan meta-analisis keterikatan orang tua-anak diambil sebuah kesimpulan
bahwa keterikatan yang tidak aman diasosiasikan/dihubungkan dengan level yang
lebih tinggi pada kecemasannya atau internalisasi masalah.Keterikatan yang
tidak aman pada umumnya terjadi ketika anak tidak mampu menjadikan orang
tua/pengasuhnya sebagai dasar aman dan tempat pelindung,dan memiliki
kepercayaan negatif tentang ketersediaan figur keterikatannya(figur lekat).
Anak
dengan keterikatan yang dihindari(avoidant attachment)dapat lebih percaya dan
mempertahankan emosi dari penolakan akan pemberian kepeduliaan.Keterikatan yang
ambigu secara kronis tidak percaya akan ketersediaan figur keterikatannya(figur
lekat).Anak dengan keterikatan yang ambigu pada umumnya cenderung cemas karena
mereka khawatir akan ketersediaan figur keterikatannya.Secara
alternatif,beberapa peneliti mengamati
bahwa anak dengan keterikatan yang tidak terarah merasa diri mereka tidak
berdaya,mudah diserang,takut dan tidak dapat merasa terlindungi,anak dengan
keterikatan seperti inilah yang yang paling berisiko mengalami masalah internal
termasuk kecemasan.Pada umumnya anak dengan keterikatan
Ambivalent,Avoidant,Disorganized mempengaruhi anak untuk mengembangkan
kecemasan pada level yang berbeda.
Alasan
dari keterikatan yang tidak aman mengembangkan kecemasan belum jelas.Beberapa
studi mendapatkan hasil yang berbeda.Kekurangan rasa dasar aman mungkin
menyebabkan kecemasan(Bowlby,1973).Tetapi berdasarkan hipotesis kompeten anak
dengan keterikatan yang tidak aman kurang dalam lingkungan sosial dan emosi
yang mungkin berkontribusi pada kecemasan dan pengalaman(kesulitan yang
dihadapi pada teman sebaya).
Ada
hubungan antara regulasi emosi dan kompeten teman sebaya terhadap keterikatan
dan kecemasan.Kecemasan merefleksikan kesulitan dalam mengontrol emosi yang
naik dan intensitas pengalaman akan emosi yang negatif.Anak yang cemas tetap
mengontrol emosi mereka,tetapi proses dalam pengontrolan emosi tersebut yang
tidak efektif.
Hubungan
pertemanan juga berperan pada kecemasan anak yang keterikatannya tidak aman
karena mereka merasa diri mereka kurang kompeten dibanding temannya,dan menjadi
korban dari teman-temannya dan memiliki kesulitan dalam hubungan pertemanan dan
cinta(Brumariu et al,2013,Kingery,Erdley,Marshall,Whitaker,&Reuter,2010).
REFERENSI:
Papalia,Diane E.2010.Human Development Edisi Kesembilan.Jakarta:Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar