Kamis, 19 Juni 2014

GORDON ALLPORT

A.      RIWAYAT KEHIDUPAN ALLPORT
Gordon Willard Allport lahir pada 11 November 1897 di Montezuna, Indiana, dari pasangan John E. Allport dan Nellie Wise Allport sebagai anak bungsu dari 4 bersaudara. Awalnya ayahnya adalah seorang pengusaha , namun ketika Allport lahir beliau beralih pekerjaan dibidang obat – obatan (medis). Ibunya seorang guru dan merupakan protestan yang alim.
Ketika Allport berumur 6 tahun, keluarganya telah berpindah sebanyak tiga kali-dan akhirnya menetap di Cleveland, Ohio.Allport kecil mengembangkan ketertarikannya pada Philosophi dan pertanyaan keagamaan yang banyak memberikan kesempatan untuk berkata-kata.Dia menggambarkan dirinya sebagai sosial “terpisah” yang menggunakan lingkaran aktivitasnya sendiri.Dia juga menyatakan bahwa dia adalah anak yang lebih memiliki kemampuan dalam merangkai kata daripada olahraga ataupun bermain dengan rekan sebaya.Allport kecil mengembangkan ketertarikannya pada Philosophi dan keagamaan.Pada tahun 1915 ia masuk ke Universitas Harvard, dan menjadi sarjana pada tahun 1919. Pada tahun 1922 Allport menerima gelar Ph.D ilmu psikologi di Harvard, setelah 2 tahun menjalani pendidikan.
Bagi Allport, Psikologi harus lebih menaruh perhatian kepada kesadaran atau motivasi yang terlihat. Allport mendapatkan penghargaan dalam bidang psikologi, yaitu : “American Psychological Foundation’s Gold Medali,” “The American Psychological Association’s Distinguished Scientific Contribution Award”, dan “The Presidencis of the American Psychological Assosiation and The Society for the Psychological of Sosial Issues”.
B.       DEFINISI KEPRIBADIAN
Allport tidak setuju dengan teori psokoanalisis. Karena itu konsep utama teori kepribadiannya menyangkut motivasi, yang membuat orang bergerak. Arus aktivitas memiliki unsur yang tetap ( trait) dan unsur yang berubah-ubah ( functional autonomy : kecenderungan tingkah laku untuk berlanjut oleh alasan yang berbeda dengan alasan motivasi awalnya).
            Menurutnya kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisik individu yang menentukan penyesuainnya yang unik dengan lingkungannya. Suatu fenomena dinamik yang memiliki elemen psikologik, yang berkembang dan berubah, yang memainkan  peran aktif dalam berfungsinya individu. Defenisi kepribadian ini memiliki 3 unsur pokok:
1.      Istilah dynamic organization: kepribadian terus menerus berkembang dan berubah, dan di dalam diri individu ada pusat organisasi yang mewadahi semua komponen kepribadian yang menghubungkan satu dengan lainnya.
2.      Istilah psychophysical system menyiratkan bahwa kepribadian bukan hanya konstruk hipotetik ( yang dibuat oleh pengamat) tetapi merupakan fenomena nyata yang merangkum elemen mental dan neural, disatukan ke dalam unitas kepribadian.
3.      Istilah determine mempertegas kembali bahwa kepribadian adalah sesuatu dan mengerjakan sesuatu, bukan sekedar konsep yang menjelaskan tingkahlaku orang tetapi bagian dari individu yang berperan aktif dalam tingkahlaku itu.
Allport juga mempertimbangkan untuk tidak memakai istilah karakter dan tempramen sebagai sinonim personality. Menurutnya, karakter mengesankan suatu aturan tingkah laku dengan mana orang atau perbuatannya akan dinilai : orang sering di gambarkan memiliki karakter yang baik atau jelek. Karakter bersebrangan dengan kepribadian yang menggambarkan deskriptif tingkah laku yang bebas dari penilaian ( karakter adalah kepribadian yang menilai, dan kepribadian adalah karakter yang menilai ). Tempramen mengacu ke disposisi yang berkaitan erat dengan determinan biologik atau fisiologik. Jadi, hereditas memainkan peran dalam tempramen, sebagai bahan baku bersama-sama kecerdasan dan fisik untuk membentuk kepribadian.
C.      STRUKTUR KEPRIBADIAN
Personality Traits
Traits. Menurut Allport traits adalah untuk membedakan karakteristik yang mempengaruhi atau membentuk perilaku. Traits diukur pada sebuah rangkaian kesatuan dan sosial, lingkungan, dan pengaruh budaya.
Allport menganggap ciri-ciri kepribadian (personality traits) menjadi kecenderungan untuk memberi respon yang sama terhadap berbagai jenis rangsangan. Dengan kata lain, traits adalah cara yang konsisten untuk memberikan reaksi terhadap lingkungan kita. Menurut Allport ada beberapa karakteristik traits :
  • Nyata dan ada di dalam diri kita masing-masing. Traits bukan hanya sekedar label atau sebutan untuk menilai perilaku.
  • Menentukan sebab dari suatu perilaku. Traits tidak hanya muncul dalam menanggapi rangsangan tertentu. Traits memotivasi kita untuk mencari stimulus yang tepat dan berinteraksi dengan lingkungan untuk menghasilkan perilaku.
  • Dapat dibuktikan secara empiris. Dengan mengamati perilaku dari waktu ke waktu, kita dapat menyimpulkan adanya sifat dalam konsistensi seseorang terhadap respon yang sama atau serupa.
  • Traits saling berkolerasi; dapat terkait, meskipun mewakili karakteristik yang berbeda. Sebagai contoh, agresivitas dan permusuhan adalah ciri-ciri yang berbeda tetapi terkait dan sering diamati terjadi bersama-sama dalam perilaku seseorang.
  • Berubah pada setiap situasi. Misalnya, seseorang mungkin menampilkan sifat yang baik seperti tertib dalam satu situasi dan juga bisa menampilkan sifat yang buruk seperti tidak teratur atau tidak tertib dalam situasi yang lain.

Allport mengklasifikasikan traits dalam dua bentuk :
  1. Individual Traits         
Keunikan pada seseorang dan menunjukkan karakter mereka.
  1. Common Traits          
Perilaku yang dilakukan oleh sejumlah manusia, misalnya sebagai bagian dari budaya. Maksudnya adalah manusia yang berada dalam kultur yang berbeda akan memiliki common traits yang berbeda.

Personal Disposition
Allport melabel ulang common traits menjadi traits dan individual traits menjadi personal disposition. Tidak semua personal disposition pada diri kita memiliki intensitas atau makna yang sama. Hal ini dapat dikelompokkan menjadi cardinal traits, central traits, or secondary traits.
  • Cardinal Traits
Sifat yang berperan besar dalam kehidupan dan trait yang kuat
  • Central Traits
Sifat yang lebih umum dan khas yang menonjol dari perilaku manusia itu sendiri
  • Secondary Traits
Sifat yang lebih spesifik dan tidak terlalu mendeskripsikan kepribadian. Sifat ini berfungsi lebih terbatas, khusus pada respons yang didasari serta perangsang tertentu dan tidak konsisten

Habits and Attitudes
Allport setuju bahwa habits (kebiasaan) dan attitudes (tingkah laku) juga mampu memulai dan membentuk perilaku.
  • Habits (kebiasaan) adalah respon yang tidak fleksibel dan spesifik terhadap suatu stimuli, bisa dikombinasikan dengan trait lain.
  • Attitudes (sikap) adalah makna yang hampir sama dengan traits, kecuali bahwa attitudes memiliki objek tertentu yang lebih spesifik, dan melibatkan pertimbangan dan evaluasi baik positif maupun negatif.
Untuk menjelaskan perbedaan antara traits dan attitudes adalah hal yang sulit. Keduanya memiliki kekhasan, dan keduanya juga dapat menuntun tingkah laku dan hal ini juga dipengaruhi hasil dari faktor genetis dan belajar. Tetapi jika diteliti terdapat perbedaan antara traits dan attitudes, yaitu ; Pertama, sikap berhubungan dengan suatu objek sedangkan sifat tidak. Jadi, cakupan sifat lebih besar daripada sikap. Namun makin besar jumlah objek, maka sikap akan semakin mirip dengan sifat. Sikap dapat berbeda-beda dari yang lebih khusus ke yang lebih umum, tetapi sifat selalu umum. Kedua, sikap biasanya mengandung penilaian (menerima atau menolak) terhadap objek tujuannya, sedangkan sifat tidak.
Perbedaan antara sifat (trait) dan sikap (Attitude) termasuk sulit dalam teori Allport. kedua-duanya itu adalah respons dan memiliki kekhasan, selain itu keduanya juga dapat memulai atau membimbing tingkah laku hal ini juga diperngaruhi hasil dari faktor genetis-genetis dan belajar. Namun kalau diteliti terdapat perbedaan antara kedua hal tersebut.
SIKAP (ATTITUDE)
SIFAT (TRAIT)
-Berhubungan dengan suatu objek
-Cenderung berlingkup kecil
-Dapat berbeda-beda dari yang khusus ke   lebih umum
-Biasanya memberikan penilaian (menerima atau menolak)

-Tidak berhubungan dengan suatu objek
-Sifat yang hampir selalu besar dan ruang lingkup yang luas
-Selalu bersifat umum
-Tidak memeberikan penilaian

Tipe
Allport membedakan antara sifat dan tipe berdasar sejauh mana keduanya dapat dikenakan pada individu. Seseorang dapat memiliki sutau sifat tetapi tidak dapat memiliki suatu tipe. Tipe adalah konstruksi ideal oleh seorang pengamat dan individu dapat disesuaikan ke dalam tipe-tipe itu dengan konsekuensi diabaikannya sifat-sifat individual. Sifat dapat mencerminkan sifat khas pribadi, sedangkan tipe malah menyembunyikannya. Jadi bagi Allport tipe menunjukkan perbedaan-perbedaan buatan yang ridak begitu cocok dengan kenyataan, sedangkan sifat adalah refleksi sebenarnya atau cerminan sejati dari apa yang benar-benar ada.

Tipe menunjukkan perbedaan (buatan) yang tidak selalu cocok dengan kenyataan, trait merupakan refleksi kenyataan yang ada pada individu.Tipe merangkum ketiga konsep yang lain, menggambarkan kombinasi trait-habit-attitude yang secara teoritik dapat ditemui pada diri seseorang.

PROPRIUM
Proprium adalah istilah yang diciptakan Allport yang mengindikasikan semua fungsi self atau  ego. Hal ini juga disebut fungsi proprium (propriate function) daripada kepribadian. Fungsi tersebut adalah kesadaran jasmani, self identity, self-esteem, self extention, rational thinking, self image, propriate stiving, dan fungsi mengenal. Semua itu bagian-bagian yang vital daripada kepribadian. Proprium tidak dibawa sejak lahir tetapi berkembang didalam   perkembangan individu. Allport menggunakan kata proprium daripada self karena lebih mudah dipahami sebagai sifat atau fungsi kepribadian secara umum.



Ada tujuh aspek dalam  perkembangan proporium :
-Bodily-self                : tahap 1-3.Pada 3 tahun pertama, bayi menjadi lebih peduli terhadap keberadaan dirinya dan membedakan tubuhnya dari objek-objek yang ada disekitarnya.
-Self Identity              : Anak-anak membuktikan dan menemukan identitas mereka tetap terlepas dari perubahan di lingkungan mereka
-Self-esteem                : Anak-anak mulai bangga pada prestasi (pencapaian) yang mereka raih.
-Extension of self        : tahap ke 4-5. umur 4 sampai 6 tahun. Pada masa ini anak mengakui objek-objek yang ada di sekitarnya dan orang-orang disekitar lingkungan mereka.
-Self-image                  : Anak-anak mengembangkan gambaran aktual dan idealis dalam diri mereka dan perilaku mereka serta menjadi lebih peduli terhadap kepuasan (atau ketidakpuasan) terhadap harapan Orangtua.
-Self as a rational coper           : tahap 6. Umur 6-12 tahun, anak-anak mulai mengapli-kasikan alasan dan pengetahuan untuk mencapai solusi terhadap masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari
-Propriate striving                   : tahap 7. pada masa remaja awal (sebelum teenage)  mulai membentuk tujuan jangka panjang dan rencana
-adulthood (masa dewasa)     : individu dewasa yang memiliki fungsi yang rasional dan sadar dalam menciptakan gaya hidup mereka sendiri.

D.  PROSES KEPRIBADIAN  
Motivation: The Functional Autonomy of Motives
Allport  percaya bahwa masalah utama untuk setiap teori kepribadian adalah bagaimana memperlakukan konsep motivasi . Allport menekankan pengaruh situasi seseorang hadir tidak hanya dalam teori kepribadian ini tetapi dalam pandangan motivasi. Ini adalah keadaan individu yang penting , bukan apa yang terjadi di masa lalu. Hal ini tidak lagi aktif dan tidak menjelaskan perilaku orang dewasa kecuali ada sebagai kekuatan motivasi saat ini.
Proses kognitif yaitu, rencana sadar kita dan juga niat penting . Allport mengkritik pendekatan seperti Frued yang berfokus pada alam bawah sadar , kekuatan irasional dengan mengorbankan sadar dan rasional . Niat yang disengaja dalam bagian penting dari kepribadian kita . Apa yang kita inginkan dan apa yang kita perjuangkan adalah kunci untuk memahami perilaku kita . Dengan demikian , Allport berusaha untuk menjelaskan saat ini dalam hal masa depan daripada dalam hal masa lalu.
Konsep Allport otonomi fungsional mengusulkan bahwa motif matang (masak), sehat secara emosional tidak fungsional terhubung ke pengalaman sebelumnya di mana mereka awalnya muncul . Kekuatan yang memotivasi kami awal kehidupan menjadi otonom , atau independen , keadaan aslinya . Demikian pula, ketika kita dewasa , menjadi independen (mandiri) dari orang tua kita . Meskipun kita tetap berhubungan dengan mereka , kita tidak lagi fungsional tergantung pada mereka dan mereka seharusnya tidak lagi mengontrol atau membimbing hidup kita . Allport membuat contoh pohon . Hal ini jelas bahwa perkembangan pohon dapat ditelusuri ke bijinya . Namun ketika pohon itu sudah dewasa , benih tidak lagi diperlukan sebagai sumber makanan . Pohon itu kini menentukan diri, tidak lagi fungsional berhubungan dengan bijinya. Otonomi fungsioanl, memandang motif-motif orang dewasa beranekaragam, mandiri sebagai sistem kontemporer. Suatu aktivitas atau tingkahlaku mungkin menjadi tujuan dari tingkah laku itu sendiri, walaupun mula-mula terikat dengan alasan lain. Misalnya, tingkah laku membaca mula-mula terikat dengan tujuan memahami sesuatu, namun keudian menjadi Autonom orang membaca karena dia ingin membaca dan puas dengan membaca. Menurur Allport, ada dua tingkat autonomi fungsional:

1. Perseverative Functional Autonomy (autonomifungsional terbiasa)
Perseverative Fungsional Otonomi ( tingkat otonomi fungsional yang terkait dengan tingkat rendah dan perilaku rutin ) , tingkat yang lebih dasar, berkaitan dengan perilaku seperti kecanduan dan tindakan fisik berulang-ulang seperti kebiasaan cara melakukan beberapa tugas sehari-hari . Perilaku melanjutkan atau bertahan sendiri tanpa imbalan eksternal . Tindakan sekali melayani tujuan tetapi tidak lagi melakukannya dan berada pada tingkat terlalu rendah untuk dianggap sebagai bagian integral dari kepribadian. Misalnya, orang mengisi teka-teki silang mula-mula untuk mendapat hadiah, atau mendapat penghargaan atas keluasan pengetahuannya. Namun sesudah menjadi kecanduan, dia mengisi teka-teki silang itu sendirian (tidak lagi mendapat pujian dari orang lain) dan tidak dikirim untuk mendapat hadiah.

2. Propriate Functional Autonomy (autonomi fungsional propriate)
Propriate Autonomys Fungsional ( tingkat otonomi fungsional yang terkait dengan nilai-nilai kita , citra diri , dan gaya hidup ) , yang lebih penting yang perseverative otonomi fungsional dan sangat penting untuk memahami motivasi dewasa . Kata proprimate berasal dari proprium , istilah Allport untuk ego atau diri. Ego menentukan dengan motif akan dipertahankan dan yang akan discrade. Kami mempertahankan motif yang meningkatkan harga diri kita atau citra diri . Dengan demikian , hubungan langsung ada antara kepentingan kita dan kemampuan kita : kita menikmati melakukan apa yang kita lakukan dengan baik .
Motivasi mempelajari keterampilan seperti bermain piano mungkin tidak ada hubungannya dengan kepentingan kita . Sebagai contoh, di masa kecil kita mungkin terpaksa mengambil pelajaran piano dan berlatih . Seperti kita bisa menjadi lebih berkomitmen untuk bermain piano . Motif asli (takut ketidaksenangan orangtua ) telah menghilang , dan perilaku terus bermain piano menjadi perlu untuk citra diri kita .
Fungsi propriate adalah sebuah proses pengorganisasian yang mempertahankan rasa diri kita. Hal ini menentukan bagaimana kita memandang dunia, apa yang kita ingat dari pengalaman kita, dan bagaimana pikiran kita diarahkan. Proses-proses perseptual dan kognitif yang selektif. Mereka memilih dari massa rangsangan di lingkungan kita hanya mereka yang relevan dengan kepentingan dan nilai-nilai kita . Proses pengorganisasian diatur oleh tiga prinsip berikut :
1 . Pengorganisasian tingkat energi
2 . Penguasaan dan kompetensi
3 . propriate pola
Prinsip pertama , mengatur tingkat energi , menjelaskan bagaimana kita mendapatkan motif-motif  baru . Motif ini timbul dari kebutuhan, untuk membantu mengonsumsi kelebihan energi yang kita mungkin akan mengungkapkan dengan cara yang merusak dan berbahaya. Misalnya, ketika orang pensiun dari pekerjaan mereka , mereka memiliki waktu ekstra dan energi yang idealnya , mereka harus mengarahkan terhadap kepentingan dan aktivitas baru .
Prinsip kedua, Penguasaan dan kompetensi, mengacu pada tingkat di mana kita memilih untuk memuaskan motif . Tidaklah cukup bagi kita untuk mencapai pada tingkat yang memadai. Orang dewasa yang sehat dan matang termotivasi untuk tampil lebih baik dan lebih efisien , untuk menguasai keterampilan baru , dan meningkatkan derajat kompetensi mereka . Prinsip ketiga, propriate pola , menggambarkan perjuangan untuk konsistensi dan integrasi kepribadian . Kami mengatur proses persepsi dan kognitif kami sekitar diri , menjaga apa yang meningkatkan citra diri kita dan menolak sisanya . Dengan demikian , motif propriate kita bergantung pada struktur atau pola diri .
Allport mencatat bahwa tidak semua perilaku dan motif dapat dijelaskan oleh prinsip-prinsip otonomi fungsional. Allport mengemukakan 8 jenis tingkah laku yang tidak dibawah control motif otonomi fungsional, yakni:
1) Tingkah laku yang muncul dari dorongan biologis yaitu makam, minion, tidur, bernafas, dll.
2) Reflex: mengedip, mengangkat lutut, proses pencernaan, dll.
3) Peralatan konstitusi: kecerdasan, bentuk tubuh, temperaman, kesehatan.
4) Habit; beberapa habit termasuk autonomi fungsional, lainnya tidak ada motif sama sekali.
5) Tungkah laku yang tergantung pada penguat primer (primary reinforcement)
6) Motif yang terkait lansung dengan usaha mereduksi dorongan dasar.
7) Tingkah laku non produktif-kompulsi, fiksasi, dan regresi.
8) Sublimasi-kalau motif yang aslidisublimasikan ke motif yang lain. 

E.  PERKEMBANGAN
·           Perkembangan Kepribadian Childhood : The Unique Self
Allport membagi sifat dan  pengembangan proprium di atas tujuh tahap dari masa kanak-kanak sampai remaja.
·         Bayi
Bayi dikendalikan oleh eksternal (faktor luar) dan refleks dan hanya memiliki sedikit kepribadian, belum memiliki egosentris (karena egosentris perlu kesadaran diri). Pada waktu lahir ini anak telah mempunyai potensi-potensi baik fisik maupun temperamen, yang aktualisasinya tergantung kepada perkembangan kematangan. Allport berpendapat bahwa ada semacam aktivitas umum yang menjadi sumber dari tingkah yang bermotif. Proprium (self or ego) berkembang dari masa bayi hingga remaja dalam tujuh tahapan :
·         Bodily self (3 tahun pertama) menyadari diri sendiri dan membedakan tubuh mereka sendiri dari objek luar.
·         Self-identity
Pada tahap ini anak-anak menyadari bahwa identitas mereka tetap utuh meski banyak hal yang berubah. Anak-anak belajar bangga dengan prestasinya.
·         Self-esteem
Pada tahap ini anak belajar untuk menghargai prestasinya.
·         Extension of self
Tahap  4 dan 5 muncul ketika usia 4 hingga 6 tahun. Dalam tahap ini, anak-anak mulai sadar akan kewajibannya dan mulai kearah untuk memuaskan harapan orang tua.
·         Self-image

·         Self as a rational coper
Tahap ini dimulai dari usia 6 hingga 12 tahun, dimana anak-anak mulai menerapkan akal dan logika dalam problem solving sehari-hari.
·         Propriate striving
Perkembangan yang terjadi selama masa remaja, sudah mulai untuk membuat tujuan-tujuan rencana masa depan.
·         Masa Kanak-kanak
·         Pada masa ini anak sudah memiliki potensi diri, dan mulai mengidentifikasi diri, mulai melihat dirinya berbeda dengan orang lain.
·         Tahap yang penting bagi Allport, dan peran orang tua dalam menghargai anak dan keinginan anak sangat penting _(usia 4-6 tahun).
·         Secara sadar, anak-anak mulai mengembangkan aktualitas, ideal diri, dan perilaku mereka untuk memuasakan harapan orang tua.

·         Masa Dewasa
Kepribadian pada masa dewasa tumbuh dari masa kanak-kanak bukanlah lagi didominasi oleh masa kanak-kanak. Allport tidak menjelaskan bagaimana saraf pada masa kedewasaan dapat meniadakan pengalaman masa kanak-kanak.
Ketika proprium baik (memuaskan), sifat dewasa juga akan baik. Dalam pandangan Allport, kesehatan kepribadian berubah dari dominasi organ secara bologis saat masa bayi menjadi kematangan organ secara psikologi pada masa dewasa.
Pada tahap ini individu sudah membuat gaya hidup secara sadar. Rencana dan tujuan masa depan sudah terpikirkan.
Menurut Allport, hal yang diperlukan dalam merealisasikan pribadi yang dewasa adalah sebagai berikut:
·         Extension of self
Yaitu bahwa hidupnya tidak harus terikat secara sempit kepada kegiatan-kegiatan yang erat hubungannya dengan kebutuhan-kebutuhan serta kewajiban-kewajiban yang langsung. Dia harus dapat mengambil bagian dan menikmati bermacam-macam kegiatan. Suatu hal yang penting daripada extension of the self itu ialah proyeksi ke masa depan: merencanakan, mengharapkan (planning, hoping).
·         Self-objectification
Ada dua komponen pokok dalam hal ini, ialah insight dan humor, yaitu :
·         Insight
Apa yang dimaksud dengan insight disini ialah kecakapan individu untuk mengerti dirinya.
·         Humor
Yang dimaksud dengan humor disini adalah kecakapan untuk mempertahankan hubungan positif dengan dirinya sendiri dan objek-objek yang disenangi, serta menyadari adanya ketidakselarasan  dalam hal ini.
·         Filsafat Hidup
Walaupun individu itu harus bersifat objektif dan bahkan menikmati kejadian-kejadian dalam hidupnya, namun haruslah ada latar belakang yang mendasari segala sesuatu yang dikerjakannya, yang memberinya arti dan tujuan. Religi merupakan salah satu hal yang penting dalam hal ini.
·         Adanya hubungan yang hangat kepada orang lain, menunjukkan keintiman, kasih sayang dan toleransi.
·         Kedewasaan menunjukkan penerimaan diri (mencapai ketenangan emosional)
·         Memegang prinsip yang realistis, mengembangkan keterampilannya, dan membuat komitmen dalam setiap pekerjaannya.
F.   ASSESMENT& RESEARCH
Assesment Dan Riset
Allport menggunakan Personal –Document Technique untuk mempelajari kepribadian. Teknik ini melibatkan pemeriksaan buku harian, otobiografi, surat-surat, karangan sastra, dan contoh lain dari catatan tertulis atau lisan seseorang untuk menentukan jumlah dan jenis kepribadian. Kasus  Allport paling terkenal adalah koleksi lebih dari 300 surat yang ditulis dalam kurun waktu 12 tahun oleh seorang wanita setengah baya diidentifikasi sebagai Jenny (Allport, 1965). Ia menggunakan dokumen pribadi dengan melibatkan buku harian, autobiografi, surat-surat, komposisi sastra, dan contoh lain berupa catatan tertulis atau lisan atau menentukan jumlah dan jenis kepribadian.

The Study of Values
Allport dan dua rekannya mengembangkan tujuan persediaan laporan diri, studi tentang nilai-nilai, untuk menilai nilai-nilai individu yang dimiliki (Allport,Vernon & Lindzey,1960). Nilai-nilai pribadi kita membentuk dasar dari filosofi pemersatu hidup kita, salah satu dari enam kriteria untuk, kepribadian yang sehat matang. Menurut Allport, nilai adalah suatu sifat, dan mereka mewakili kepentingan dan motivasi.
Penggunaan study of values dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam setiap individu yang akan mempengaruhi motivasi.   
 Terdapat enam tipe nilai :
·    Theoretical value        : memfokuskan pada penemuan kebenaran dan memiliki              karakteristik empiris, intelektual, dan rasional.
·   Economic values       :  memfokuskan pada manfaat dan praktisnya
·       Aesthetic values      : berhubungan dengan pengalaman yang artistik dan untuk membentuk keselarasan serta kesenangan
·         Social Values         : merefleksikan hubungan dalam bermasyarakat, mementingkan kepentingan orang banyak dan kecintaan terhadap sesama manusia.
·        Political values      : kerjasama membentuk kekuatan, mempengaruhi dan wibawa dalam setiap usaha yang dilakukan, tidak hanya dalam aktivitas politik.
·         Religious values     : memfokuskan pada hal-hal yang tak kelihatan mata (gaib) serta dengan pengertian keseluruhan sebagai bentuk kesatuan.


RESEARCH IN ALLPORT’s THEORY: Expressive Behavior

Allport mengkritik psikolog-psikolog yang bersikeras bahwa metode eksperimental dan korelasional satu-satunya pendekatan untuk mempelajari kepribadian. Dia mengemukakan  tidak semua aspek kepribadian dapat dicoba dengan cara ini. Allport menyarankan untuk para psikolog agar lebih terbuka dan mencari sumber-sumber lain dalam metodologi risetnya. Allport sangat bertentangan pada metode yang mengaplikasikan gangguan emosional seseorang (sperti studi kasus dan teknik proyektif). Karena  pada dasarnya studi kasus fokus terhadap masa lampau.
Teknik proyektif seperti Thematic Apperception Test dan Rorschach inkblot test, menyatakan gambaran gangguan terhadap kepribadian yang normal karena mereka menyepakati adanya ketidaksadaran yang memiliki pengaruh pada kepribadian normal pada masa dewasa. Allport menyarankan bahwa informasi yang bersifat reliable dapat diperoleh melalui menanyakan seseorang mengenai gambaran tentang diri mereka, metode yang dapat mengungkapkan traits dominan mereka.
Allport menggunakan pendekatan idiografik-studi kasus individu-yang ditunjukkan melalui penggunaan dokumen personal. Walaupun demikian, Allport tetap menggunakan metode nomotetis, apabila teori itu dianggap sesuai dengan riset yang dia lakukan. Tes Psikologi seperti study of values merupakan bagian dari metode nomotetis.
 Allport melakukan riset yang disebut dengan Expressive Behavior, yang menggambarkan  bahwa tingkah laku adalah wujud dari trait kepribadian kita. Dia juga mengidentifikasikan Coping Behavior yang berorientasi menuju tujuan yang spesifik dan secara sadar merencanakan dan melaksanakan. Coping behavior ditentukan oleh kebutuhan inspirasi melalui situasi  yang biasanya diarahkan menuju perubahan dalam lingkungan kita.
 Expressive Behavior bersifat spontan dan refleks dalam aspek dasar kepribadian. Berbeda dengan Coping Behavior, Expressive behavior sangat sulit untuk dirubah, tidak memiliki tujuan yang spesifik dan biasanya ditampilkan dalam ketidaksadaran. Allport memberikan sebuah contoh berupa berbicara di depan umum. Pembicara berkomunikasi dengan penonton dalam dua tingkatan. Tingkat yang direncanakan (Coping Behavior) termasuk didalamnya berupa isi perkuliahan, dan tingkat yang tidak direncanakan (Expressing Behavior) berupa pergerakan pembicara, gerak tubuh dan suara. Pembicara mungkin saja gugup atau berbicara dengan suara yang tidak jelas/terlalu cepat. Perilaku yang spontanitas ini menggambarkan elemen-elemen dari kepribadiannya.
 Dalam catatan studi Expressive Behavior nya, Allport memberikan subjek bermacam-macam tugas untuk menampilkan dan kemudian menilai konsistensi pergerakan ekspresif mereka dalam situasi yang berbeda (Allport dan Vernon, 1933). Dia menemukan bahwa Tingkat konsistensi ada pada suara, tulisan tangan dan gerak tubuh. Dari tingkah laku tersebut, dia menyimpulkan adanya introversion dan extraversion traits.
 Riset mengenai expressive behavior menjadi lebih populer sekarang ini bila dibandingkan beberapa dekade yang lalu. Terdapat banyak teori dan eksperimen yang menggambarkan ekspresi wajah dan suara (see Russell, Bachorowski, dan fernandez-Dols, 2003). Riset ini menunjukkan bahwa kepribadian dari audiotapes, film dan videotapes. Ekspresi wajah, perubahan suara, gerak tubuh yang aneh, kelakuan mengungkapkan ciri-ciri kepribadian. Expressive Behavior dapat juga dinilai dari foto-foto (Allport & Cantril, 1934; Berry 1990, 1991; DePaulo, 1993; Riggio & Friedman, 1986; Riggio, Lippa, & Salinas, 1990).

G.    REFLEKSI TEORI ALLPORT
Walaupun allport telah melakukan penelitian dengan sungguh-sungguh berdasarkan pada sikap ekspresif, teori Allport secara keseluruhan  mendorong penelitian lain untuk menguji teori. Penelitian idiografiknya mendekati pikiran utama dalam psikologi zaman sekarang, yang menerima penelitian nomothetic sebagai pengganti nya (pembelajaran dari kelompok subjek yang besar melalui analisis statistika yang berpengalaman). Fokus Allport pada kesehatan emosional orang dewasa juga berbeda dengan psikologi klinis, yaitu neourotic dan phsycotic.
 Sulit untuk menerjemahkan konsep Allport dalam terminologis spesifik dan pembelajaran metode eksperimental yang cocok contohnya bagaimana kita mengamati otonomy fungsional atau propriate striving dalam laboratorium? Bagaimana kita memanipulasi untuk menguji efek atau pengaruh variabel lain pada mereka.
Kecaman telah menunjukkan pertentangan konsep fungsi otonomy, Allport tidaak menjelaskan bagaimana motive original disampaikan ke autonomous. Contohnya suatu hari seseorang berada didalam keadaan finansial yang baik , proses apa yang menjadi motive bekerja keras untuk merubah pendapatan finansial menjadi sebuah motive untuk bekerja keras demi kewajiban dirinya? Jika mekanisme perubahan tidak dijelaskan, bagaimana kita dapat memprediksi motive masa kecil mana yang menjadi autonomous dalam masa dewasa.
Perhatian Allport pada keunikan kepribadian telah dipertentangkan karena berfokus begitu eksklusif pada individual yang mungkin untuk meng-generalisasikan dari satu orang ke orang lainnya. Banyak psikjolog menemukan kesulitan untuk menerima ketidaklanjutan teori Allport antara anak-anak dan dewasa, binatang atau manusia, normal atau abnormal. Mereka berkata bahwa penelitian pada sikap anak-anak, binatang dan emosional telah mengganggu subjek yang telah di hasilkan ilmu pengetahuan tentang fungsi kenormalan, kesehatan emosional dewasa.
Walaupun kecaman-kecaman ini ada, teori Allport telah baik diterima dikomunitas akademis. Pendekatannya pada perkembangan kepribadian, perhatian pada keunikan kepribadian dan fokusnya akan pentingnya pencapaian direfleksikan dalam psikologi humanistik Carl rogers dan Abraham maslow. Ketertarikan akan hasil kerja Allport telah disegarkan baru-baru ini sebagi bagian yang berfokus pada personality traits, yang menyediakan dorongan empiris untuk beberapa ide.
Buku-bukunya ditulis dalam mode yang menarikdan konsepnya memiliki daya tarik sesuai dengan akal sehat. Perhatian pada kesadaran, hal rasional dari sikap termasuk sebuah alternatif untuk psikoanalitic yang melihat orang dengan rasional dan ketidaksadaran yang di kontrol oleh kekuatan-kekuatan yang tidak terkontrol. Pandangan Allport bahwa orang-orang lebih dibentuk oleh pengharapan yang akan datang dari pada kejadian yang telah berlisalu dalam filosofi humanistik, distribusi terbesarnya dalam psikologi adalah membuat pembelajaran kepribadian akademik yang dihargai. Dan penegasan aturan faktor genetik dalam pendekatan trait ke kepribadian.
  
DAFTAR PUSTAKA
Schultz, Duane dan Schultz, Sydney Allen. 2005. The Theories of Personality. Thomson Learning:USA

Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Kepribadian. PT Raja Grafindo:Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar