A.
RIWAYAT
KEHIDUPAN ALLPORT
Gordon Willard Allport
lahir pada 11 November 1897 di Montezuna, Indiana, dari pasangan John E.
Allport dan Nellie Wise Allport sebagai anak bungsu dari 4 bersaudara. Awalnya
ayahnya adalah seorang pengusaha , namun ketika Allport lahir beliau beralih
pekerjaan dibidang obat – obatan (medis). Ibunya seorang guru dan merupakan
protestan yang alim.
Ketika Allport berumur 6 tahun, keluarganya telah berpindah sebanyak
tiga kali-dan akhirnya menetap di Cleveland, Ohio.Allport kecil mengembangkan
ketertarikannya pada Philosophi dan pertanyaan keagamaan yang banyak memberikan
kesempatan untuk berkata-kata.Dia menggambarkan dirinya sebagai sosial
“terpisah” yang menggunakan lingkaran aktivitasnya sendiri.Dia juga menyatakan
bahwa dia adalah anak yang lebih memiliki kemampuan dalam merangkai kata
daripada olahraga ataupun bermain dengan rekan sebaya.Allport
kecil mengembangkan ketertarikannya pada Philosophi dan keagamaan.Pada tahun 1915 ia masuk ke Universitas Harvard, dan
menjadi sarjana pada tahun 1919. Pada tahun 1922 Allport menerima gelar Ph.D
ilmu psikologi di Harvard, setelah 2 tahun menjalani pendidikan.
Bagi Allport, Psikologi harus lebih menaruh perhatian
kepada kesadaran atau motivasi yang terlihat. Allport
mendapatkan penghargaan dalam bidang psikologi, yaitu : “American
Psychological Foundation’s Gold Medali,” “The American Psychological
Association’s Distinguished Scientific Contribution Award”, dan “The
Presidencis of the American Psychological Assosiation and The Society for the
Psychological of Sosial Issues”.
B.
DEFINISI
KEPRIBADIAN
Allport tidak setuju
dengan teori psokoanalisis. Karena
itu konsep utama teori kepribadiannya menyangkut motivasi, yang membuat orang
bergerak. Arus aktivitas memiliki unsur yang tetap ( trait) dan unsur yang
berubah-ubah ( functional autonomy : kecenderungan tingkah laku untuk berlanjut
oleh alasan
yang berbeda dengan alasan motivasi awalnya).
Menurutnya kepribadian adalah
organisasi dinamik dalam sistem psikofisik
individu yang menentukan penyesuainnya yang unik dengan lingkungannya. Suatu
fenomena dinamik yang memiliki elemen psikologik, yang berkembang dan berubah,
yang memainkan peran aktif dalam
berfungsinya individu. Defenisi kepribadian ini memiliki 3 unsur pokok:
1. Istilah
dynamic organization: kepribadian terus menerus berkembang dan berubah, dan di
dalam diri individu ada pusat organisasi yang mewadahi semua komponen
kepribadian yang menghubungkan satu dengan lainnya.
2. Istilah
psychophysical system menyiratkan bahwa kepribadian bukan hanya konstruk
hipotetik ( yang dibuat oleh pengamat) tetapi merupakan fenomena nyata yang
merangkum elemen mental dan neural, disatukan ke dalam unitas kepribadian.
3. Istilah
determine mempertegas kembali bahwa kepribadian adalah sesuatu dan mengerjakan
sesuatu, bukan sekedar konsep yang menjelaskan tingkahlaku orang tetapi bagian
dari individu yang berperan aktif dalam tingkahlaku itu.
Allport
juga mempertimbangkan untuk tidak memakai istilah karakter dan tempramen sebagai sinonim
personality. Menurutnya, karakter mengesankan suatu aturan tingkah laku dengan
mana orang atau perbuatannya akan dinilai : orang sering di gambarkan memiliki
karakter yang baik atau jelek. Karakter bersebrangan dengan kepribadian yang
menggambarkan deskriptif tingkah laku yang bebas dari penilaian ( karakter
adalah kepribadian yang menilai, dan kepribadian adalah karakter yang menilai
). Tempramen mengacu ke disposisi yang berkaitan erat dengan determinan
biologik atau fisiologik. Jadi, hereditas
memainkan
peran dalam tempramen, sebagai bahan baku bersama-sama kecerdasan dan fisik untuk membentuk kepribadian.
C. STRUKTUR
KEPRIBADIAN
Personality Traits
Traits. Menurut Allport traits adalah untuk membedakan
karakteristik yang mempengaruhi atau membentuk perilaku. Traits diukur pada
sebuah rangkaian kesatuan dan sosial, lingkungan, dan pengaruh budaya.
Allport menganggap
ciri-ciri kepribadian (personality traits)
menjadi kecenderungan untuk memberi respon yang sama terhadap berbagai jenis
rangsangan. Dengan kata lain, traits adalah cara yang konsisten untuk
memberikan reaksi terhadap lingkungan kita. Menurut Allport ada beberapa
karakteristik traits :
- Nyata dan ada di dalam diri kita masing-masing.
Traits bukan hanya sekedar label atau sebutan untuk menilai perilaku.
- Menentukan sebab dari suatu perilaku. Traits tidak
hanya muncul dalam menanggapi rangsangan tertentu. Traits memotivasi kita
untuk mencari stimulus yang tepat dan berinteraksi dengan lingkungan untuk
menghasilkan perilaku.
- Dapat dibuktikan secara empiris. Dengan mengamati
perilaku dari waktu ke waktu, kita dapat menyimpulkan adanya sifat dalam
konsistensi seseorang terhadap respon yang sama atau serupa.
- Traits saling berkolerasi; dapat terkait, meskipun
mewakili karakteristik yang berbeda. Sebagai contoh, agresivitas dan
permusuhan adalah ciri-ciri yang berbeda tetapi terkait dan sering diamati
terjadi bersama-sama dalam perilaku seseorang.
- Berubah pada setiap situasi. Misalnya, seseorang
mungkin menampilkan sifat yang baik seperti tertib dalam satu situasi dan
juga bisa menampilkan sifat yang buruk seperti tidak teratur atau tidak
tertib dalam situasi yang lain.
Allport mengklasifikasikan traits dalam dua
bentuk :
- Individual Traits
Keunikan pada seseorang dan menunjukkan karakter mereka.
- Common Traits
Perilaku yang dilakukan oleh sejumlah manusia,
misalnya sebagai bagian dari budaya. Maksudnya adalah manusia yang berada dalam
kultur yang berbeda akan memiliki common
traits yang berbeda.
Personal Disposition
Allport melabel ulang
common traits menjadi traits dan individual traits menjadi personal
disposition. Tidak semua personal disposition pada diri kita memiliki
intensitas atau makna yang sama. Hal ini dapat dikelompokkan menjadi cardinal
traits, central traits, or secondary traits.
- Cardinal Traits
Sifat yang berperan besar dalam kehidupan dan trait yang
kuat
- Central Traits
Sifat yang lebih umum dan khas yang menonjol dari
perilaku manusia itu sendiri
- Secondary Traits
Sifat yang lebih spesifik dan tidak terlalu
mendeskripsikan kepribadian. Sifat ini berfungsi lebih terbatas, khusus pada
respons yang didasari serta perangsang tertentu dan tidak konsisten
Habits and Attitudes
Allport setuju bahwa
habits (kebiasaan) dan attitudes (tingkah laku) juga mampu memulai dan
membentuk perilaku.
- Habits (kebiasaan)
adalah respon yang tidak fleksibel dan spesifik terhadap suatu stimuli,
bisa dikombinasikan dengan trait lain.
- Attitudes (sikap)
adalah makna yang hampir sama dengan traits, kecuali bahwa attitudes
memiliki objek tertentu yang lebih spesifik, dan melibatkan pertimbangan
dan evaluasi baik positif maupun negatif.
Untuk menjelaskan
perbedaan antara traits dan attitudes adalah hal yang sulit. Keduanya memiliki
kekhasan, dan keduanya juga dapat menuntun tingkah laku dan hal ini juga
dipengaruhi hasil dari faktor genetis dan belajar. Tetapi jika diteliti
terdapat perbedaan antara traits dan attitudes, yaitu ; Pertama, sikap berhubungan dengan suatu objek sedangkan sifat
tidak. Jadi, cakupan sifat lebih besar daripada sikap. Namun makin besar jumlah
objek, maka sikap akan semakin mirip dengan sifat. Sikap dapat berbeda-beda
dari yang lebih khusus ke yang lebih umum, tetapi sifat selalu umum. Kedua, sikap biasanya mengandung
penilaian (menerima atau menolak) terhadap objek tujuannya, sedangkan sifat
tidak.
Perbedaan antara sifat
(trait) dan sikap (Attitude) termasuk sulit dalam teori Allport. kedua-duanya
itu adalah respons dan memiliki kekhasan, selain itu keduanya juga dapat
memulai atau membimbing tingkah laku hal ini juga diperngaruhi hasil dari
faktor genetis-genetis dan belajar. Namun kalau diteliti terdapat perbedaan antara kedua hal tersebut.
SIKAP (ATTITUDE)
|
SIFAT (TRAIT)
|
-Berhubungan dengan suatu objek
-Cenderung berlingkup kecil
-Dapat berbeda-beda dari yang khusus
ke lebih umum
-Biasanya memberikan penilaian
(menerima atau menolak)
|
-Tidak berhubungan dengan suatu objek
-Sifat yang hampir selalu besar dan
ruang lingkup yang luas
-Selalu bersifat umum
-Tidak memeberikan penilaian
|
Tipe
Allport
membedakan antara sifat dan tipe berdasar sejauh mana keduanya dapat dikenakan
pada individu. Seseorang dapat memiliki sutau sifat tetapi tidak dapat memiliki
suatu tipe. Tipe adalah konstruksi ideal oleh seorang pengamat dan individu
dapat disesuaikan ke dalam tipe-tipe itu dengan konsekuensi diabaikannya
sifat-sifat individual. Sifat dapat mencerminkan sifat khas pribadi, sedangkan
tipe malah menyembunyikannya. Jadi bagi Allport tipe menunjukkan
perbedaan-perbedaan buatan yang ridak begitu cocok dengan kenyataan, sedangkan
sifat adalah refleksi sebenarnya atau cerminan sejati dari apa yang benar-benar
ada.
Tipe menunjukkan perbedaan (buatan)
yang tidak selalu cocok dengan kenyataan, trait merupakan refleksi kenyataan
yang ada pada individu.Tipe merangkum ketiga konsep yang lain, menggambarkan kombinasi
trait-habit-attitude yang secara teoritik dapat ditemui pada diri seseorang.
PROPRIUM
Proprium
adalah istilah yang diciptakan Allport yang mengindikasikan semua fungsi self
atau ego. Hal ini juga disebut fungsi
proprium (propriate function)
daripada kepribadian. Fungsi tersebut adalah kesadaran jasmani, self identity,
self-esteem, self extention, rational thinking, self image, propriate stiving,
dan fungsi mengenal. Semua itu bagian-bagian yang vital daripada kepribadian.
Proprium tidak dibawa sejak lahir tetapi berkembang didalam perkembangan individu. Allport menggunakan
kata proprium daripada self karena lebih mudah dipahami sebagai sifat atau
fungsi kepribadian secara umum.
Ada
tujuh aspek dalam perkembangan proporium
:
-Bodily-self :
tahap 1-3.Pada 3 tahun pertama, bayi menjadi lebih peduli terhadap keberadaan
dirinya dan membedakan tubuhnya dari objek-objek yang ada disekitarnya.
-Self Identity : Anak-anak membuktikan dan
menemukan identitas mereka tetap terlepas dari perubahan di lingkungan mereka
-Self-esteem :
Anak-anak mulai bangga pada prestasi (pencapaian) yang mereka raih.
-Extension of self : tahap ke 4-5. umur 4 sampai 6 tahun.
Pada masa ini anak mengakui objek-objek yang ada di sekitarnya dan orang-orang
disekitar lingkungan mereka.
-Self-image : Anak-anak mengembangkan
gambaran aktual dan idealis dalam diri mereka dan perilaku mereka serta menjadi
lebih peduli terhadap kepuasan (atau ketidakpuasan) terhadap harapan Orangtua.
-Self as a rational
coper : tahap 6. Umur 6-12
tahun, anak-anak mulai mengapli-kasikan alasan dan pengetahuan untuk mencapai
solusi terhadap masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari
-Propriate striving : tahap 7. pada masa remaja
awal (sebelum teenage) mulai membentuk
tujuan jangka panjang dan rencana
-adulthood (masa
dewasa) : individu dewasa yang
memiliki fungsi yang rasional dan sadar dalam menciptakan gaya hidup mereka
sendiri.
D. PROSES
KEPRIBADIAN
Motivation: The Functional Autonomy
of Motives
Allport percaya bahwa masalah utama untuk setiap teori kepribadian adalah bagaimana memperlakukan konsep motivasi . Allport menekankan pengaruh situasi seseorang hadir tidak hanya dalam teori kepribadian ini tetapi dalam pandangan motivasi. Ini adalah keadaan individu yang penting , bukan apa yang terjadi di masa lalu. Hal ini tidak lagi aktif dan tidak menjelaskan perilaku orang dewasa kecuali ada sebagai kekuatan motivasi saat ini.
Proses kognitif yaitu, rencana sadar kita dan juga niat penting . Allport mengkritik pendekatan seperti Frued yang berfokus pada alam bawah sadar , kekuatan irasional dengan mengorbankan sadar dan rasional . Niat yang disengaja dalam bagian penting dari kepribadian kita . Apa yang kita inginkan dan apa yang kita perjuangkan adalah kunci untuk memahami perilaku kita . Dengan demikian , Allport berusaha untuk menjelaskan saat ini dalam hal masa depan daripada dalam hal masa lalu.
Konsep Allport otonomi fungsional mengusulkan bahwa motif matang (masak), sehat secara emosional tidak fungsional terhubung ke pengalaman sebelumnya di mana mereka awalnya muncul . Kekuatan yang memotivasi kami awal kehidupan menjadi otonom , atau independen , keadaan aslinya . Demikian pula, ketika kita dewasa , menjadi independen (mandiri) dari orang tua kita . Meskipun kita tetap berhubungan dengan mereka , kita tidak lagi fungsional tergantung pada mereka dan mereka seharusnya tidak lagi mengontrol atau membimbing hidup kita . Allport membuat contoh pohon . Hal ini jelas bahwa perkembangan pohon dapat ditelusuri ke bijinya . Namun ketika pohon itu sudah dewasa , benih tidak lagi diperlukan sebagai sumber makanan . Pohon itu kini menentukan diri, tidak lagi fungsional berhubungan dengan bijinya. Otonomi fungsioanl, memandang motif-motif orang dewasa beranekaragam, mandiri sebagai sistem kontemporer. Suatu aktivitas atau tingkahlaku mungkin menjadi tujuan dari tingkah laku itu sendiri, walaupun mula-mula terikat dengan alasan lain. Misalnya, tingkah laku membaca mula-mula terikat dengan tujuan memahami sesuatu, namun keudian menjadi Autonom orang membaca karena dia ingin membaca dan puas dengan membaca. Menurur Allport, ada dua tingkat autonomi fungsional:
Allport percaya bahwa masalah utama untuk setiap teori kepribadian adalah bagaimana memperlakukan konsep motivasi . Allport menekankan pengaruh situasi seseorang hadir tidak hanya dalam teori kepribadian ini tetapi dalam pandangan motivasi. Ini adalah keadaan individu yang penting , bukan apa yang terjadi di masa lalu. Hal ini tidak lagi aktif dan tidak menjelaskan perilaku orang dewasa kecuali ada sebagai kekuatan motivasi saat ini.
Proses kognitif yaitu, rencana sadar kita dan juga niat penting . Allport mengkritik pendekatan seperti Frued yang berfokus pada alam bawah sadar , kekuatan irasional dengan mengorbankan sadar dan rasional . Niat yang disengaja dalam bagian penting dari kepribadian kita . Apa yang kita inginkan dan apa yang kita perjuangkan adalah kunci untuk memahami perilaku kita . Dengan demikian , Allport berusaha untuk menjelaskan saat ini dalam hal masa depan daripada dalam hal masa lalu.
Konsep Allport otonomi fungsional mengusulkan bahwa motif matang (masak), sehat secara emosional tidak fungsional terhubung ke pengalaman sebelumnya di mana mereka awalnya muncul . Kekuatan yang memotivasi kami awal kehidupan menjadi otonom , atau independen , keadaan aslinya . Demikian pula, ketika kita dewasa , menjadi independen (mandiri) dari orang tua kita . Meskipun kita tetap berhubungan dengan mereka , kita tidak lagi fungsional tergantung pada mereka dan mereka seharusnya tidak lagi mengontrol atau membimbing hidup kita . Allport membuat contoh pohon . Hal ini jelas bahwa perkembangan pohon dapat ditelusuri ke bijinya . Namun ketika pohon itu sudah dewasa , benih tidak lagi diperlukan sebagai sumber makanan . Pohon itu kini menentukan diri, tidak lagi fungsional berhubungan dengan bijinya. Otonomi fungsioanl, memandang motif-motif orang dewasa beranekaragam, mandiri sebagai sistem kontemporer. Suatu aktivitas atau tingkahlaku mungkin menjadi tujuan dari tingkah laku itu sendiri, walaupun mula-mula terikat dengan alasan lain. Misalnya, tingkah laku membaca mula-mula terikat dengan tujuan memahami sesuatu, namun keudian menjadi Autonom orang membaca karena dia ingin membaca dan puas dengan membaca. Menurur Allport, ada dua tingkat autonomi fungsional:
1. Perseverative Functional Autonomy (autonomifungsional terbiasa)
Perseverative Fungsional Otonomi ( tingkat otonomi fungsional yang terkait dengan tingkat rendah dan perilaku rutin ) , tingkat yang lebih dasar, berkaitan dengan perilaku seperti kecanduan dan tindakan fisik berulang-ulang seperti kebiasaan cara melakukan beberapa tugas sehari-hari . Perilaku melanjutkan atau bertahan sendiri tanpa imbalan eksternal . Tindakan sekali melayani tujuan tetapi tidak lagi melakukannya dan berada pada tingkat terlalu rendah untuk dianggap sebagai bagian integral dari kepribadian. Misalnya, orang mengisi teka-teki silang mula-mula untuk mendapat hadiah, atau mendapat penghargaan atas keluasan pengetahuannya. Namun sesudah menjadi kecanduan, dia mengisi teka-teki silang itu sendirian (tidak lagi mendapat pujian dari orang lain) dan tidak dikirim untuk mendapat hadiah.
2. Propriate Functional Autonomy (autonomi fungsional propriate)
Propriate Autonomys Fungsional ( tingkat otonomi fungsional yang terkait dengan nilai-nilai kita , citra diri , dan gaya hidup ) , yang lebih penting yang perseverative otonomi fungsional dan sangat penting untuk memahami motivasi dewasa . Kata proprimate berasal dari proprium , istilah Allport untuk ego atau diri. Ego menentukan dengan motif akan dipertahankan dan yang akan discrade. Kami mempertahankan motif yang meningkatkan harga diri kita atau citra diri . Dengan demikian , hubungan langsung ada antara kepentingan kita dan kemampuan kita : kita menikmati melakukan apa yang kita lakukan dengan baik .
Motivasi mempelajari keterampilan seperti bermain piano mungkin tidak ada hubungannya dengan kepentingan kita . Sebagai contoh, di masa kecil kita mungkin terpaksa mengambil pelajaran piano dan berlatih . Seperti kita bisa menjadi lebih berkomitmen untuk bermain piano . Motif asli (takut ketidaksenangan orangtua ) telah menghilang , dan perilaku terus bermain piano menjadi perlu untuk citra diri kita .
Fungsi propriate adalah sebuah proses pengorganisasian yang mempertahankan rasa diri kita. Hal ini menentukan bagaimana kita memandang dunia, apa yang kita ingat dari pengalaman kita, dan bagaimana pikiran kita diarahkan. Proses-proses perseptual dan kognitif yang selektif. Mereka memilih dari massa rangsangan di lingkungan kita hanya mereka yang relevan dengan kepentingan dan nilai-nilai kita . Proses pengorganisasian diatur oleh tiga prinsip berikut :
1 . Pengorganisasian tingkat energi
2 . Penguasaan dan kompetensi
3 . propriate pola
Prinsip pertama , mengatur tingkat energi , menjelaskan bagaimana kita mendapatkan motif-motif baru . Motif ini timbul dari kebutuhan, untuk membantu mengonsumsi kelebihan energi yang kita mungkin akan mengungkapkan dengan cara yang merusak dan berbahaya. Misalnya, ketika orang pensiun dari pekerjaan mereka , mereka memiliki waktu ekstra dan energi yang idealnya , mereka harus mengarahkan terhadap kepentingan dan aktivitas baru .
Prinsip kedua, Penguasaan dan kompetensi, mengacu pada tingkat di mana kita memilih untuk memuaskan motif . Tidaklah cukup bagi kita untuk mencapai pada tingkat yang memadai. Orang dewasa yang sehat dan matang termotivasi untuk tampil lebih baik dan lebih efisien , untuk menguasai keterampilan baru , dan meningkatkan derajat kompetensi mereka . Prinsip ketiga, propriate pola , menggambarkan perjuangan untuk konsistensi dan integrasi kepribadian . Kami mengatur proses persepsi dan kognitif kami sekitar diri , menjaga apa yang meningkatkan citra diri kita dan menolak sisanya . Dengan demikian , motif propriate kita bergantung pada struktur atau pola diri .
Allport mencatat bahwa tidak semua perilaku dan motif dapat dijelaskan oleh prinsip-prinsip otonomi fungsional. Allport mengemukakan 8 jenis tingkah laku yang tidak dibawah control motif otonomi fungsional, yakni:
1) Tingkah laku yang muncul dari dorongan biologis yaitu makam, minion, tidur, bernafas, dll.
2) Reflex: mengedip, mengangkat lutut, proses pencernaan, dll.
3) Peralatan konstitusi: kecerdasan, bentuk tubuh, temperaman, kesehatan.
4) Habit; beberapa habit termasuk autonomi fungsional, lainnya tidak ada motif sama sekali.
5) Tungkah laku yang tergantung pada penguat primer (primary reinforcement)
6) Motif yang terkait lansung dengan usaha mereduksi dorongan dasar.
7) Tingkah laku non produktif-kompulsi, fiksasi, dan regresi.
8) Sublimasi-kalau motif yang aslidisublimasikan ke motif yang lain.
E. PERKEMBANGAN
·
Perkembangan Kepribadian Childhood
: The Unique Self
Allport membagi sifat
dan pengembangan proprium di atas tujuh
tahap dari masa kanak-kanak sampai remaja.
·
Bayi
Bayi
dikendalikan oleh eksternal (faktor luar) dan refleks dan hanya memiliki
sedikit kepribadian, belum memiliki egosentris (karena egosentris perlu
kesadaran diri). Pada waktu lahir ini anak telah mempunyai potensi-potensi baik
fisik maupun temperamen, yang aktualisasinya tergantung kepada perkembangan
kematangan. Allport berpendapat bahwa ada semacam aktivitas umum yang menjadi
sumber dari tingkah yang bermotif. Proprium (self or ego)
berkembang dari masa bayi hingga remaja dalam tujuh tahapan :
·
Bodily self
(3 tahun pertama) menyadari diri sendiri dan membedakan tubuh mereka sendiri
dari objek luar.
·
Self-identity
Pada tahap ini
anak-anak menyadari bahwa identitas mereka tetap utuh meski banyak hal yang
berubah. Anak-anak belajar bangga dengan prestasinya.
·
Self-esteem
Pada tahap ini
anak belajar untuk menghargai prestasinya.
·
Extension of self
Tahap 4 dan 5 muncul ketika usia 4 hingga 6 tahun.
Dalam tahap ini, anak-anak mulai sadar akan kewajibannya dan mulai kearah untuk
memuaskan harapan orang tua.
·
Self-image
·
Self as a rational coper
Tahap ini dimulai
dari usia 6 hingga 12 tahun, dimana anak-anak mulai menerapkan akal dan logika
dalam problem solving sehari-hari.
·
Propriate striving
Perkembangan
yang terjadi selama masa remaja, sudah mulai untuk membuat tujuan-tujuan
rencana masa depan.
·
Masa Kanak-kanak
·
Pada
masa ini anak sudah memiliki potensi diri, dan mulai mengidentifikasi diri,
mulai melihat dirinya berbeda dengan orang lain.
·
Tahap yang penting bagi Allport, dan
peran orang tua dalam menghargai anak dan keinginan anak sangat penting _(usia 4-6
tahun).
·
Secara sadar, anak-anak mulai
mengembangkan aktualitas, ideal diri, dan perilaku mereka untuk memuasakan
harapan orang tua.
·
Masa Dewasa
Kepribadian
pada masa dewasa tumbuh dari masa kanak-kanak bukanlah lagi didominasi oleh
masa kanak-kanak. Allport tidak menjelaskan bagaimana saraf pada masa
kedewasaan dapat meniadakan pengalaman masa kanak-kanak.
Ketika proprium baik
(memuaskan), sifat dewasa juga akan baik. Dalam pandangan Allport, kesehatan
kepribadian berubah dari dominasi organ secara bologis saat masa bayi menjadi
kematangan organ secara psikologi pada masa dewasa.
Pada tahap ini individu sudah membuat gaya hidup secara sadar. Rencana
dan tujuan masa depan sudah terpikirkan.
Menurut Allport, hal
yang diperlukan dalam merealisasikan pribadi yang dewasa adalah sebagai
berikut:
·
Extension of self
Yaitu bahwa
hidupnya tidak harus terikat secara sempit kepada kegiatan-kegiatan yang erat
hubungannya dengan kebutuhan-kebutuhan serta kewajiban-kewajiban yang langsung.
Dia harus dapat mengambil bagian dan menikmati bermacam-macam kegiatan. Suatu
hal yang penting daripada extension of the self itu ialah proyeksi ke masa
depan: merencanakan, mengharapkan (planning, hoping).
·
Self-objectification
Ada dua komponen
pokok dalam hal ini, ialah insight dan humor, yaitu :
·
Insight
Apa yang
dimaksud dengan insight disini ialah kecakapan individu untuk mengerti dirinya.
·
Humor
Yang dimaksud
dengan humor disini adalah kecakapan untuk mempertahankan hubungan positif
dengan dirinya sendiri dan objek-objek yang disenangi, serta menyadari adanya
ketidakselarasan dalam hal ini.
·
Filsafat Hidup
Walaupun
individu itu harus bersifat objektif dan bahkan menikmati kejadian-kejadian
dalam hidupnya, namun haruslah ada latar belakang yang mendasari segala sesuatu
yang dikerjakannya, yang memberinya arti dan tujuan. Religi merupakan salah
satu hal yang penting dalam hal ini.
·
Adanya hubungan yang hangat kepada orang
lain, menunjukkan keintiman, kasih sayang dan toleransi.
·
Kedewasaan menunjukkan penerimaan diri
(mencapai ketenangan emosional)
·
Memegang prinsip yang realistis,
mengembangkan keterampilannya, dan membuat komitmen dalam setiap pekerjaannya.
F. ASSESMENT&
RESEARCH
Assesment Dan Riset
Allport
menggunakan Personal –Document Technique untuk mempelajari kepribadian. Teknik
ini melibatkan pemeriksaan buku harian, otobiografi, surat-surat, karangan
sastra, dan contoh lain dari catatan tertulis atau lisan seseorang untuk
menentukan jumlah dan jenis kepribadian. Kasus Allport
paling terkenal adalah koleksi lebih dari 300 surat yang ditulis dalam kurun
waktu 12 tahun oleh seorang wanita setengah baya diidentifikasi sebagai Jenny
(Allport, 1965). Ia menggunakan dokumen pribadi dengan melibatkan buku harian,
autobiografi, surat-surat, komposisi sastra, dan contoh lain berupa catatan
tertulis atau lisan atau menentukan jumlah dan jenis kepribadian.
The
Study of Values
Allport dan
dua rekannya mengembangkan tujuan persediaan laporan diri, studi tentang
nilai-nilai, untuk menilai nilai-nilai individu yang dimiliki (Allport,Vernon
& Lindzey,1960). Nilai-nilai pribadi kita membentuk dasar dari filosofi
pemersatu hidup kita, salah satu dari enam kriteria untuk, kepribadian yang
sehat matang. Menurut Allport, nilai adalah suatu sifat, dan mereka mewakili
kepentingan dan motivasi.
Penggunaan study
of values dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam
setiap individu yang akan mempengaruhi motivasi.
Terdapat
enam tipe nilai :
·
Theoretical value : memfokuskan pada penemuan
kebenaran dan memiliki
karakteristik empiris, intelektual, dan rasional.
·
Economic values : memfokuskan
pada manfaat dan praktisnya
·
Aesthetic values : berhubungan
dengan pengalaman yang artistik dan untuk membentuk keselarasan serta
kesenangan
·
Social Values :
merefleksikan hubungan dalam bermasyarakat, mementingkan kepentingan orang
banyak dan kecintaan terhadap sesama manusia.
·
Political
values : kerjasama membentuk kekuatan,
mempengaruhi dan wibawa dalam setiap usaha yang dilakukan, tidak hanya dalam
aktivitas politik.
·
Religious
values : memfokuskan pada hal-hal yang
tak kelihatan mata (gaib) serta dengan pengertian keseluruhan sebagai bentuk
kesatuan.
RESEARCH IN ALLPORT’s THEORY:
Expressive Behavior
Allport
mengkritik psikolog-psikolog yang bersikeras bahwa metode eksperimental dan
korelasional satu-satunya pendekatan untuk mempelajari kepribadian. Dia
mengemukakan tidak semua aspek
kepribadian dapat dicoba dengan cara ini. Allport menyarankan untuk para
psikolog agar lebih terbuka dan mencari sumber-sumber lain dalam metodologi
risetnya. Allport sangat bertentangan pada metode yang mengaplikasikan gangguan
emosional seseorang (sperti studi kasus dan teknik proyektif).
Karena pada dasarnya studi kasus fokus terhadap masa lampau.
Teknik
proyektif seperti Thematic Apperception Test dan Rorschach inkblot test,
menyatakan gambaran gangguan terhadap kepribadian yang normal karena mereka
menyepakati adanya ketidaksadaran yang memiliki pengaruh pada kepribadian
normal pada masa dewasa. Allport menyarankan bahwa informasi yang bersifat
reliable dapat diperoleh melalui menanyakan seseorang mengenai gambaran tentang
diri mereka, metode yang dapat mengungkapkan traits dominan mereka.
Allport
menggunakan pendekatan idiografik-studi kasus individu-yang ditunjukkan melalui
penggunaan dokumen personal. Walaupun demikian, Allport tetap menggunakan
metode nomotetis, apabila teori itu dianggap sesuai dengan riset yang dia
lakukan. Tes Psikologi seperti study of values merupakan bagian dari metode
nomotetis.
Allport
melakukan riset yang disebut dengan Expressive Behavior, yang
menggambarkan bahwa tingkah laku adalah wujud dari trait kepribadian
kita. Dia juga mengidentifikasikan Coping Behavior yang berorientasi menuju
tujuan yang spesifik dan secara sadar merencanakan dan melaksanakan. Coping
behavior ditentukan oleh kebutuhan inspirasi melalui situasi yang
biasanya diarahkan menuju perubahan dalam lingkungan kita.
Expressive
Behavior bersifat spontan dan refleks dalam aspek dasar kepribadian. Berbeda
dengan Coping Behavior, Expressive behavior sangat sulit untuk dirubah, tidak
memiliki tujuan yang spesifik dan biasanya ditampilkan dalam ketidaksadaran.
Allport memberikan sebuah contoh berupa berbicara di depan umum. Pembicara
berkomunikasi dengan penonton dalam dua tingkatan. Tingkat yang direncanakan
(Coping Behavior) termasuk didalamnya berupa isi perkuliahan, dan tingkat yang
tidak direncanakan (Expressing Behavior) berupa pergerakan pembicara, gerak
tubuh dan suara. Pembicara mungkin saja gugup atau berbicara dengan suara yang
tidak jelas/terlalu cepat. Perilaku yang spontanitas ini menggambarkan
elemen-elemen dari kepribadiannya.
Dalam
catatan studi Expressive Behavior nya, Allport memberikan subjek bermacam-macam
tugas untuk menampilkan dan kemudian menilai konsistensi pergerakan ekspresif
mereka dalam situasi yang berbeda (Allport dan Vernon, 1933). Dia menemukan
bahwa Tingkat konsistensi ada pada suara, tulisan tangan dan gerak tubuh. Dari
tingkah laku tersebut, dia menyimpulkan adanya introversion dan extraversion
traits.
Riset
mengenai expressive behavior menjadi lebih populer sekarang ini bila
dibandingkan beberapa dekade yang lalu. Terdapat banyak teori dan eksperimen
yang menggambarkan ekspresi wajah dan suara (see Russell, Bachorowski, dan
fernandez-Dols, 2003). Riset ini menunjukkan bahwa kepribadian dari audiotapes,
film dan videotapes. Ekspresi wajah, perubahan suara, gerak tubuh yang aneh,
kelakuan mengungkapkan ciri-ciri kepribadian. Expressive Behavior dapat juga
dinilai dari foto-foto (Allport & Cantril, 1934; Berry 1990, 1991; DePaulo,
1993; Riggio & Friedman, 1986; Riggio, Lippa, & Salinas, 1990).
G. REFLEKSI
TEORI ALLPORT
Walaupun
allport telah melakukan penelitian dengan sungguh-sungguh berdasarkan pada
sikap ekspresif, teori Allport secara keseluruhan mendorong penelitian lain untuk menguji
teori. Penelitian idiografiknya mendekati pikiran utama dalam psikologi zaman
sekarang, yang menerima penelitian nomothetic sebagai pengganti nya
(pembelajaran dari kelompok subjek yang besar melalui analisis statistika yang
berpengalaman). Fokus Allport pada kesehatan emosional orang dewasa juga
berbeda dengan psikologi klinis, yaitu neourotic dan phsycotic.
Sulit untuk menerjemahkan konsep Allport dalam
terminologis spesifik dan pembelajaran metode eksperimental yang cocok
contohnya bagaimana kita mengamati otonomy fungsional atau propriate striving
dalam laboratorium? Bagaimana kita memanipulasi untuk menguji efek atau pengaruh
variabel lain pada mereka.
Kecaman
telah menunjukkan pertentangan konsep fungsi otonomy, Allport tidaak
menjelaskan bagaimana motive original disampaikan ke autonomous. Contohnya
suatu hari seseorang berada didalam keadaan finansial yang baik , proses apa
yang menjadi motive bekerja keras untuk merubah pendapatan finansial menjadi
sebuah motive untuk bekerja keras demi kewajiban dirinya? Jika mekanisme
perubahan tidak dijelaskan, bagaimana kita dapat memprediksi motive masa kecil
mana yang menjadi autonomous dalam masa dewasa.
Perhatian
Allport pada keunikan kepribadian telah dipertentangkan karena berfokus begitu
eksklusif pada individual yang mungkin untuk meng-generalisasikan dari satu
orang ke orang lainnya. Banyak psikjolog menemukan kesulitan untuk menerima
ketidaklanjutan teori Allport antara anak-anak dan dewasa, binatang atau
manusia, normal atau abnormal. Mereka berkata bahwa penelitian pada sikap
anak-anak, binatang dan emosional telah mengganggu subjek yang telah di
hasilkan ilmu pengetahuan tentang fungsi kenormalan, kesehatan emosional
dewasa.
Walaupun
kecaman-kecaman ini ada, teori Allport telah baik diterima dikomunitas
akademis. Pendekatannya pada perkembangan kepribadian, perhatian pada keunikan
kepribadian dan fokusnya akan pentingnya pencapaian direfleksikan dalam
psikologi humanistik Carl rogers dan Abraham maslow. Ketertarikan akan hasil
kerja Allport telah disegarkan baru-baru ini sebagi bagian yang berfokus pada
personality traits, yang menyediakan dorongan empiris untuk beberapa ide.
Buku-bukunya
ditulis dalam mode yang menarikdan konsepnya memiliki daya tarik sesuai dengan
akal sehat. Perhatian pada kesadaran, hal rasional dari sikap termasuk sebuah
alternatif untuk psikoanalitic yang melihat orang dengan rasional dan
ketidaksadaran yang di kontrol oleh kekuatan-kekuatan yang tidak terkontrol.
Pandangan Allport bahwa orang-orang lebih dibentuk oleh pengharapan yang akan
datang dari pada kejadian yang telah berlisalu dalam filosofi humanistik,
distribusi terbesarnya dalam psikologi adalah membuat pembelajaran kepribadian
akademik yang dihargai. Dan penegasan aturan faktor genetik dalam pendekatan
trait ke kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
Schultz, Duane dan Schultz, Sydney Allen. 2005. The
Theories of Personality. Thomson Learning:USA
Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Kepribadian. PT
Raja Grafindo:Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar